Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengkritisi turunnya jumlah pendaftar dan peminat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Agama (Kemenag), peminat masuk PTKIN dalam rentang tiga tahun terakhir berjumlah 111.452 siswa pada tahun 2022, tahun 2023 berjumlah 110.101 siswa, dan tahun 2024 berjumlah 111.124 siswa.
Adapun jumlah pendaftar pada tahun 2022 berjumlah 100.879 siswa, tahun 2023 sebanyak 97.115 siswa, dan tahun 2024 berjumlah 93.819 siswa.
"Pasti ada sesuatu yang kurang dari kita, bisa jadi cara kita mensyiarkan pentingnya kuliah di PTKIN ini masih kurang, atau kita masih sering menggunakan cara-cara lama dari cara-cara baru agar anak-anak SMA itu tertarik masuk UIN atau PTKIN," kata Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Gus Men, sapaan akrabnya, mengatakan PTKIN harus mencontoh kisah sukses dari madrasah-madrasah di Indonesia, dimana sejumlah madrasah hingga kini masih jadi tempat favorit orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anak mereka.
Secara sistem Menag menilai seleksi elektronik ujian masuk PTKIN sudah cukup menjadi cara mengajak anak-anak berkuliah di PTKIN.
"Secara tidak langsung sebenarnya kita menyadari warna digital itu jadi dunia anak sekarang, tetapi di lain sisi cara mempromosikan perguruan tinggi kita belum mengikuti dunia anak-anak kita," ujarnya.
Menurut Menag, saat ini tidak banyak PTKIN yang agresif melakukan penetrasi di media sosial.
Oleh sebab itu ia meminta masing-masing PTKIN perlu membuat tim yang secara khusus bermain di media sosial, lebih aktif membicarakan soal kampus.
"Tidak cukup kalau hanya mengandalkan forum-forum offline, berapa yang bisa kita jangkau, intervensi ke media sosial itu penting dan yang tidak kalah penting adalah kontennya," ujar Menag Yaqut.
"Kontennya jangan kaku-kaku, kontennya harus memiliki cara berfikir anak-anak sekarang tanpa harus menyebut PTKIN mana, saya sudah melihat PTKIN yang sudah mulai bermain di media sosial, tetapi kontennya kurang menarik," ucapnya.
Selain itu, kata Gus Men, PTKIN perlu meningkatkan kolaborasi dengan sekolah-sekolah menengah atas atau sekolah umum maupun madrasah, serta memberikan beasiswa yang menarik minat calon peserta didik.
"Saya memiliki optimisme yang kuat atas PTKIN, karena apa yang diajarkan di PTKIN ini berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), kita memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh PTN. Dan saya meyakini di tengah gempuran ideologi budaya yang serba borderless, tidak ada batasan, ilmu-ilmu yang diajarkan di PTKIN itu bisa menjadi benteng pertahanan terakhir," tutur Menag Yaqut Cholil Qoumas.