Yerusalem (ANTARA) - Militer Israel pada Selasa (24/9) malam waktu setempat mengatakan bahwa Hizbullah telah menembakkan sekitar 300 roket dan proyektil lainnya ke Israel pada hari kedua serangan terberat Israel terhadap Lebanon sejak 2006.
Sebuah drone peledak jatuh di Atlit, kota pesisir di selatan Haifa, Israel utara, menandai pertama kalinya tembakan roket Hizbullah mencapai wilayah ini, kata Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF), menambahkan bahwa dua drone lainnya diluncurkan ke daerah tersebut tetapi berhasil dicegat. Serangan drone itu tidak menimbulkan korban jiwa, menurut badan penyelamatan Israel.
Sebagian besar roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel, kata militer.
Hizbullah mengonfirmasi serangan itu dalam sebuah pernyataan, mengatakan para pejuangnya meluncurkan "operasi udara dengan satu skuadron drone serbu terhadap markas besar unit tugas angkatan laut khusus Israel Shayetet 13 di pangkalan Atlit, yang menargetkan posisi perwira dan prajuritnya serta menyerang sasaran dengan tepat."
Dalam kasus lain, roket atau bagian dari rudal pencegat yang jatuh ke tanah memicu kebakaran di wilayah Gunung Meron di Galilea Atas. Di Kota Rosh Pina di Galilea Atas, sebuah rumah terkena serangan dan rusak parah. Pada Selasa malam, sumber militer Lebanon yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Xinhua bahwa pesawat tempur Israel melancarkan 10 serangan terhadap kota-kota di daerah Tyre jauh di Lebanon selatan dan menyerang lokasi Hizbullah di daerah Jezzine, juga di selatan Lebanon.
Sejumlah rumah sakit di wilayah yang terkena dampak melaporkan telah merawat sekitar 23 orang, tetapi pernyataan selanjutnya dari layanan kesehatan darurat Israel Magen David Adom menunjukkan bahwa mereka yang dirawat mengalami kepanikan, bukan cedera fisik.
Pada malam hari, Israel melancarkan gelombang serangan baru di Lebanon. Angkatan Udara "melancarkan sejumlah serangan besar terhadap puluhan target teroris Hizbullah di wilayah Beqaa dan beberapa wilayah lain di Lebanon selatan," kata pihak militer.
Pada siang hari, pesawat tempur Israel melanjutkan serangan besar, yang menurut militer telah menghancurkan "puluhan" infrastruktur tempat senjata disimpan dan sejumlah peluncur yang diarahkan ke wilayah Israel berada.
Pada Selasa malam, sumber militer Lebanon yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Xinhua bahwa pesawat tempur Israel melancarkan 10 serangan terhadap kota-kota di daerah Tyre jauh di Lebanon selatan dan menyerang lokasi Hizbullah di daerah Jezzine, juga di selatan Lebanon.
Di tengah eskalasi tajam tersebut, militer Israel pada Selasa melakukan latihan simulasi pertempuran di dalam Lebanon, menurut Kementerian Pertahanan Israel. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa "serangkaian serangan terhadap rantai komando, operasi, dan senjata Hizbullah sangat hebat." Menurut Gallant, Israel telah menghancurkan "puluhan ribu" roket, rudal, dan peluncur sejak Senin (23/9).
Menjawab beberapa pertanyaan dalam sebuah konferensi pers pada Senin malam, juru bicara militer Israel Daniel Hagari tidak membenarkan atau membantah apakah Israel berencana melakukan operasi darat di Lebanon.
Israel memulai pengeboman terluasnya di Lebanon sejak 2006 pada Senin, yang mengakibatkan lebih dari 550 kematian, termasuk warga sipil, dan lebih dari 1.800 orang cedera di seluruh Lebanon. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi konflik skala penuh antara Israel dan Hizbullah, dengan kekhawatiran bahwa negara lain juga akan terlibat.