Jambi (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Provinsi Jambi.
"Jika ditelusuri sejak Januari sampai Desember 2024, harga daging ayam ras paling sering naik sehingga andilnya paling tinggi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi Agus Sudibyo di Jambi, Kamis (2/1).
Adapun laju inflasi Provinsi Jambi mencapai 1,43 persen (y-o-y) pada Desember 2024.
Dia mengatakan daging ayam ras memiliki andil inflasi sebesar 0,42 persen, emas perhiasan 0,28 persen, minyak goreng 0,20 persen, kopi bubuk 0,13 persen dan ikan nila 0,11 persen.
Di Provinsi Jambi, inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Kerinci sebesar 2,07 persen, Muaro Bungo 2,04 persen dan Kota Jambi 1,16 persen.
Secara keseluruhan, Agus menyebutkan bahwa kelompok makanan, minuman dan tembakau memiliki andil sebesar 0,66 persen untuk inflasi tahun ke tahun Desember 2024 di Jambi.
Selain itu, andil terbesar lain berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil sebesar 0,33 persen. Kelompok komoditas ini adalah emas perhiasan.
Sementara itu, kelompok penahan laju inflasi di Jambi diantaranya cabai merah -0,67 persen, bensin -0,09 persen, angkutan udara -0,08 persen, dan cabai hijau -0,06 persen.
Agus menerangkan sepanjang 2024, inflasi Jambi tercatat sebesar 1,43 persen di bawah angka inflasi nasional. Inflasi Jambi ini juga masih di bawah target minimal Bank Indonesia sebesar 1,5 persen.
"Artinya harga-harga terkendali dan perekonomian tetap terjaga," kata Agus.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jambi Johansyah mengatakan beberapa faktor yang andil diantaranya adalah harga komoditas cabai merah yang cukup rendah pada Oktober dan November 2024.
Saat itu, kata dia, harga cabai merah menyentuh Rp15 ribu per kilogram ditingkat petani dan Rp20-25 ribu per kilogram di pasaran.
Johan menegaskan secara keseluruhan pengendalian inflasi di Jambi masuk kategori baik.
Ke depan, kata dia, Pemprov Jambi akan mengawasi penyediaan komoditi dan kestabilan harga. Pemerintah juga menyiapkan anggaran yang berada di dinas perindustrian dan perdagangan.
"Ketika harga naik, anggaran tersedia untuk intervensi agar harga-harga tetap terkendali. Upaya pemerintah untuk antisipasi itu sudah pengalaman, ini mudah-mudahan bisa dikendalikan," kata Johansyah.