Jakarta (ANTARA Jambi) - Sejak penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) merebak di Arab Saudi dan menyebar ke negara-negara lain, sebanyak 13 provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus suspek virus tersebut namun seluruhnya negatif.
"Jumlah sampel yang diperiksa sampai tanggal 30 April 2014 sebanyak 77 sampel tapi semua kasus suspek tenyata negatif MERS- CoV," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Rabu.
Ke-13 provinsi yang telah melaporkan pemeriksaan kasus suspek adalah Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Sementara untuk kasus terbaru di Medan dan Bali, Tjandra mengatakan pihak laboratorium Balitbangkes sedang menunggu sampel yang dikirimkan untuk dilakukan pemeriksaan.
"Kasus di Bali sedang diperiksa. Tapi kasus di Bali itu tidak demam tinggi, sebenarnya tidak masuk gejala umum MERS-CoV tapi tetap kita periksa," kata Tjandra.
Seseorang disebut suspek MERS-CoV jika memiliki infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan tiga keadaan yaitu demam tinggi di atas 38 derajat Celcius, batuk dan pneumonia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyatakan MERS-CoV sebagai pandemi atau "public health emergency of international concern" (PHEIC) karena belum terbukti ada penularan antarmanusia.
Tjandra menyebut ada empat syarat untuk dinyatakan sebagai pandemi dunia yaitu virusnya merupakan varian baru, berbahaya dengan angka kematian lebih dari 30 persen, menular antarbenua dan terjadi penularan antarmanusia.
"MERS-CoV belum memenuhi syarat keempat sehingga belum dinyatakan sebagai pandemi," kata Tjandra.
Sedikitnya 15 negara telah melaporkan terjadinya infeksi MERS CoV yaitu Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir untuk kawasan Timur Tengah.(Ant)
Laporan suspek MERS-CoV dari 13 provinsi negatif
Rabu, 7 Mei 2014 23:49 WIB
......Kasus di Bali sedang diperiksa. Tapi kasus di Bali itu tidak demam tinggi, sebenarnya tidak masuk gejala umum MERS-CoV tapi tetap kita periksa," kata Tjandra......