Jakarta (ANTARA Jambi) - Pengamat politik dari Universitas Indonesia Said Salahudin berpendapat calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo cenderung lebih memilih Jusuf Kalla (JK) untuk menjadi pendampingnya dibandingkan Abraham Samad.
"Lobi politik dari kelompok JK ke pihak Megawati lebih kuat dibandingkan dengan Samad yang memilih bersikap pasif," ujar Said Salahudin di Jakarta, Senin.
Menurut dia, teman koalisi PDI Perjuangan, seperti Partai NasDem dan PKB juga kelihatannya lebih pro ke JK daripada ke Samad.
"Apalagi untuk soal pendanaan JK dianggap lebih siap. JK itu kan lebih banyak duitnya daripada Samad. Dia pengusaha besar dan didukung oleh banyak konglomerat, sementara Samad karena orang lurus, hidupnya tergolong pas-pasan dan justru banyak dimusuhi oleh konglomerat," ujar dia.
Ia mengatakan faktor kemampuan modal JK ini sepertinya menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan juga oleh PDI-Perjuangan.
"Mereka tentu ingin realistis juga bahwa Pilpres itu membutuhkan dana kampanye dan dana-dana operasional lainnya dalam jumlah yang besar," kata dia.
Selain itu, lanjutnya, peluang Samad yang lebih kecil daripada JK untuk menjadi pendamping Jokowi juga bisa diukur dari aspek modal politik.
"JK itu kan tokoh Partai Golkar. Partai itu adalah pemenang kedua Pemilu dan punya banyak kursi di parlemen. Nah, PDI-P tentu memperhitungkan sekali kelebihan yang ada pada JK dan Golkarnya itu," kata dia.
Sementara Samad seperti diketahui tidak mempunyai dukungan politik yang riil.
Sebelumnya beberapa waktu lalu, nama mantan Wapres Jusuf Kalla dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menguat untuk menjadi calon wakil presiden Joko Widodo.
Kedua nama tersebut dinilai mempunyai kredibilitas dan kapabilitas yang sama dalam bidangnya masing-masing. (Ant)