Jambi, 12/12 (ANTARA Jambi) - Warga Desa Rantau Kermas, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin, Jambi, memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di wilayah hutan adat dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Peluang pemanfaatan HHBK ini sangat menjanjikan dalam peningkatan ekonomi masyarakat setempat," kata Spesialis Ekonomi Kreatif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Ridwan Firdaus, Minggu.
Pengembangan HHBK di Desa Rantau Kermas mulai dilakukan sejak Januari 2014.
Desa Rantau Kermas dipilih setelah melakukan penggalian potensi yang ada di daerah tersebut. Ternyata, daerah ini memiliki potensi bahan baku seperti bambu, daun pandan, bigau, rotan, dan manau yang sangat melimpah. Selama ini bahan baku itu tidak termanfaatkan dengan optimal.
Peluang masih terbuka untuk memaksimalkan pemanfaatnnya melalui pengembangan kerajinan bambu dan anyaman. Menurut dia, selama ini masyarakat setempat sebenarnya sudah memiliki kearifan lokal kerajinan tangan.
Hanya saja pembuatan kerajinan itu hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan pribadi. Peluang itulah yang kemudian dikembangkan untuk mendukung ekonomi masyarakat setempat.
"Mereka sudah ada yang punya keterampilan, tapi hanya sebatas untuk kebutuhan pribadi saja. Kemudian kita kembangkan agar mereka fokus ke pembuatan barang-barang yang bisa dijual," kata Ridwan.
Ia menjelaskan, hutan adat Desa Rantau Kermas seluas 120 hektare yang berada di dua lokasi. Satu lokasi di bagian barat daya desa seluas 77 hektare dan satu lagi di bagian Tenggara seluas 43 hektare.
Di dalam hutan itu, tersedia aneka bahan baku yang bisa dikembangkan untuk pembuatan kerajinan tangan. Saat ini hasil kerajinan tersebut bisa mereka jual mulai harga Rp15 ribu hingga Rp200 ribu untuk setiap produk.
Dengan terpeliharanya hutan di desa ini, kata Ridwan, masyarakat sudah bisa merasakan manfaatnya, selain untuk memenuhi kebutuhan listrik melalui PLTMH, masyarakat juga berpeluang mendapatkan manfaat ekonomi melalui pemanfaatan HHBK yang banyak ditemukan di dalam hutan adat.
"Peluang itulah yang ditangkap oleh ibu-ibu di Desa Rantau Kermas. Selain untuk memanfaatkan sisa waktu luang, mereka bisa tetap produktif dengan menekuni pembuatan produk kerajinan tangan yang kemudian dijual untuk menambah penghasilan keluarga," jelasnya.
Salah seorang perajin di Desa Rantau Kermas, Siti Saudah mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk mengisi waktu luang ketika mereka tidak sedang bekerja di kebun. Meski dikerjakan di sela aktivitas utama sebagai petani, namun tetap saja bisa menambah penghasilan.
Selama ini mereka meluangkan waktu libur mereka setiap hari Jumat untuk berkumpul dan mengerjakan kerajinan tersebut. Macam-macam produk pun sudah mereka hasilkan. Mulai dari produk sandal dari anyaman daun pandan, tas, tikar, dan berbagai kebutuhan lainnya.
"Sudah banyak pesanan dari masyarakat desa tetangga. Biasanya berapa pun produk yang jadi sudah langsung habis terjual," kata Siti.
Menurut dia, jika ditekuni, aktivitas tersebut cukup menjanjikan. Untuk satu produk sandal dari daun pandan saja bisa mereka jual seharga Rp15 ribu, sementara untuk produk tas di harga Rp 150 ribu.
Sejauh ini mereka masih kesulitan memenuhi permintaan pasar karena kebanyakan anggota kelompok mereka hanya meluangkan waktu senggang untuk kegiatan tersebut.
"Hasilnya lumayan. Kami menjualnya ke masyarakat desa tetangga dan ke pameran-pameran. Cuma anggotanya kalau siang sepi banyak yang ke kebun. Ngumpulnya ya pas hari Jumat saja," ujarnya.(Ant)
Warga Jambi manfaatkan hasil hutan bukan kayu
Minggu, 12 Oktober 2014 17:12 WIB
......Saat ini hasil kerajinan tersebut bisa mereka jual mulai harga Rp15 ribu hingga Rp200 ribu untuk setiap produk,"......