Jambi (ANTARA) - Kepala Bidang Mitigasi Bencana Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan menyebutkan 'batuk' atau erupsi Gunung Kerinci biasa terjadi setiap tahun.
"Fenomenanya erupsi, ada gempa hembusan, dan itu sebenarnya biasa terjadi setiap tahun. Sejak ditetapkan status level II atau waspada erupsi seperti ini terjadi setiap tahun," kata Hendra Gunawan ketika dihubungi Antara dari Jambi, Rabu.
Karena sudah menjadi fenomena biasa, maka warga di lereng gunung itu terbiasa dan tidak kaget lagi, namun tetap waspada.
Namun Hendra mengaku kaget, fenomena erupsi yang terjadi pada Rabu (31/8) responnya cukup heboh.
"Saya juga jadi kaget, kok erupsi tadi siang dampaknya bikin ramai, lebih heboh. Padahal hal itu terjadi setiap tahun sejak status waspada 2007 juga, bahkan Juni bulan lalu juga ada," katanya.
Ia menyebutkan erupsi yang diakibatkan gempa hembusan di kawah Gunung Kerinci Rabu siang sekitar pukul 12.48 WIB hanya terjadi satu kali, dan selanjutnya kondisi kembali normal seperti karakter Gunung Kerinci selama ini.
"Hanya sekali, berlangsung selama semenit," katanya.
Meski demikian, PVMBG melalui Posko Pengawasan Gunung Api Kerinci di Kayu Aro, tetap memberikan informasi dan rekomendasi kepada masyarakat dan wisatawan yakni tidak boleh masuk ke area radius dari kawah aktif gunung api itu.
Ketika dikaitkan cepat dan tingginya respon masyarakat terhadap erupsi Gunung Kerinci, kendati hal itu sudah menjadi fenomena biasa di gunung itu, dihubungkan dengan fenomena erupsi Gunung Tangkuban Perahu yang sama-sama kawasan wisata, menurut Hendra mungkin saja terjadi.
"Mungkin masyarakat pekan lalu tahu erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Bandung, sehingga respon dan perhatian pada erupsi Kerinci hari begitu cepat dan besar," katanya.
Intinya menurut dia, masyarakat tidak perlu khawatir karena timnya terus melakukan pemantauan intensif, termasuk di PGA Kerinci," kata Hendra.
Sementara itu Kepala PGA Kerinci, Rudra menyebutkan kondisi gunung itu sudah kembali normal seperti biasanya, karena memang hal itu fenomena dan karakter yang biasa terjadi di gunung itu.