Jambi (ANTARA) - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi lakukan pendampingan kawasan pertanian berbasis korporasi terhadap petani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
“Ada 10 kelompok tani yang tergabung dalam kelompok Agro Tani yang mendapat pendampingan kawasan pertanian dari BPTP Jambi,” kata Ketua Kelompok Peneliti Sosial Ekonomi Pertanian BPTP Jambi, Erwan Wahyudi di Jambi, Senin.
Pendampingan kawasan tersebut dilakukan oleh BPTP Jambi agar petani mampu melakukan pertanian dengan metode yang tepat dan hasil dari produksi pertanian di terima dengan maksimal oleh petani.
Pasalnya, sebagian besar petani di daerah itu belum memaksimalkan teknologi pertanian. Selain itu, hasil produksi pertanian di daerah itu lebih banyak di nikmati oleh tengkulak di bandingkan petani itu sendiri.
Pola pendampingan yang dilakukan oleh BPTP yakni mulai dari pengolahan lahan pertanian, persiapan tanam, perawatan, panen hingga pasca panen. Akan tetapi, pola yang di terapkan pada kelompok tani di daerah itu sebagian besar dilakukan dari perawatan pertanian hingga pasca panen, sebab petani di daerah itu telah melakukan penanaman.
“Pada kegiatan pendampingan kawasan turut di berikan bantuan berupa bantuan pupuk, pestisida dan bibit unggul, serta jika ada kendala pada penyakit tanaman akan di bantu proses pemulihannya,” kata Erwan Wahyudi.
Dalam kegiatan pendampingan tersebut petani turut di ajarkan teknologi pertanian. Diantaranya proses pengolahan pupuk dari bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar dan mengolah kembali hasil pertanian sehingga memiliki nilai tambah.
Salah satu teknologi pertanian yang di ajarkan yakni petani di ajarkan mengolah sabut kelapa menjadi pupuk kompos. Tujuannya untuk mengurangi biaya pembelian pupuk. Selain dapat mengurangi biaya pembelian pupuk, pupuk kompos dari sabut kelapa juga dapat di jual.
Begitu pula dengan hasil produksi pertanian, petani di daerah itu di ajarkan mengolah minyak kelapa. Pada umum nya masyarakat sudah bisa mengolah minyak kelapa, akan tetapi minyak kelapa olahan dari petani tersebut berbau tengik.
“Disini-lah peran kita BPTP mendampingi agar hasil olahan minyak kelapa petani tersebut tidak berbau dan memiliki nilai jual yang tinggi,” kata Erwan Wahyudi.
Ada 1.500 hektar lahan pertanian dari sepuluh kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang di damping oleh BPTP Jambi. Sebagai percontohan, ada 15 hektar lahan yang di damping secara intensif, diantaranya lima hektar lahan perkebunan kelapa, lima hektar kopi dan lima hektar pinang.
Dijelaskan Erwan, selama ini petani hanya menikmati 10 hingga 20 persen hasil pertanian mereka. Sementara 20 hingga 80 persen hasil pertanian tersebut di nikmati oleh tengkulak dan distributor yang menjual hasil pertanian ke konsumen.
Pendampingan tersebut turut bertujuan untuk memutus mata rantai distribusi hasil pertanian yang cukup panjang. Dengan harapan petani dapat menerima hasil yang maksimal dari pertanian yang mereka geluti.
Melalui koperasi yang telah di bentuk, petani di daerah itu memiliki wadah untuk memasarkan hasil pertanian. Sehingga harga tidak dengan mudah dipermainkan oleh distributor.
“Jika dalam proses penjualan hasil pertanian terkoordinasi tentu tidak ada permainan harga yang sepihak dan terkesan semena-mena oleh tengkulak, selama ini petani hanya pasrah menerima harga jual yang di tetapkan oleh tengkulak,” kata Erwan.