Pekanbaru (ANTARA) - Tim gabungan berhasil mengevakuasi seekor pesut (Orcaella brevirostris) yang tersesat dari habitatnya di muara Sungai Kampar ke anak sungai di Desa Segati, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
“Iya kita berhasil mengevakuasi pesut pada hari Sabtu(19/9),” kata Pengendali Ekosistem Laut dan Pesisir Satker Pekanbaru Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang,, Muhammad Faeyumi, ketika dihubungi ANTARA dari Pekanbaru, Minggu.
Proses evakuasi melibatkan tim gabungan yang terdiri dari BPSPL Padang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dinas Perikanan Kabupaten Pelalawan, dan ahli perikanan dari Yayasan Jakarta Animal Action Network (JAAN). Selain itu, masyarakat setempat dan pihak kepolisian juga ikut membantu proses evakuasi di lapangan.
Dijelaskan, proses evakuasi cukup memakan waktu. Pertama tim memasang jaring untuk menangkap pesut tersebut, kemudian diangkut menggunakan perahu, dan dipindahkan lagi ke wadah khusus di mobil bergandan ganda di bagian bak belakang.
Menurut dia, proses evakuasi juga tidak sembarangan dan ada standar operasi pengamanannya, diantaranya seperti menggunakan terpal dilapisi busa sebagai wadah pesut yang diisi air namun tidak sampai penuh. “Pesutnya juga sudah dibungkus dengan kain dan handuk basah supaya basah terus,” ujarnya.
Dengan mobil pesut tersebut kemudian di bawa ke dekat Istana Sayap Pelalawan menuju arah hilir Sungai Kampar untuk dilepasliarkan.
Ia mengatakan hasil pemeriksaan kesehatan menunjukan pesut tersebut berkelamin jantan dengan bobot 130 kilogram dan panjang sekitar 220 centimeter. Pesut dalam kondisi sehat, namun terdapat luka di badannya.
“Ada luka lecet dan gores akibat terkena kayu-kayu karenanya harus segera dievakuasi karena sudah hampir lima hari di sudah di sungai kecil itu dan ruang geraknya terbatas, juga ketersediaan pakan kurang karena dari keterangan ahli dari JAAN, pesut tidak sembarangan makan ikan sungai,” ujarnya.
Menurut dia, berdasarkan keterangan warga setempat ikan pesut beberapa kali muncul di bagian muara Sungai Kampar seperti Pulau Muda, Teluk Meranti hingga Istana Sayap Pelalawan. Diperkirakan, lanjutnya, pesut itu tersesat kurang lebih 50 kilometer dari habitatnya di daerah muara sungai.
Mengenai penyebab pesut itu bisa tersesat, ia mengatakan tidak bisa diketahui pasti namun karakteristik pesut memang suka melawan arus sungai dari hilir ke hulu. Kemungkinan besar pesut tersebut juga tersesat karena ramainya aktivitas kapal di Sungai Kampar yang mengganggu indra navigasi alami mamalia itu.
Kondisi yang bising dan ramai warga di lokasi tersesatnya pesut tersebut juga mempengaruhi kondisi satwa yang berdasarkan lembaga pemeringkat konservasi alam global (IUCN) berstatus rentan (vulnerable) itu.
“Pesut memiliki navigasi menggunakan sonar. Ketika kondisi bising bisa jadi dia panik dan akan disorientasi,” katanya.