Jakarta (ANTARA) - Ibarat siklus, perang dagang umumnya akan diikuti dan ditutup dengan perang fisik yang memakan banyak korban sebagaimana yang pernah terjadi puluhan tahun silam.
Untuk itu setiap negara seperti sedang membangun benteng pertahanan demi melindungi warganya agar tidak menjadi korban perang melawan COVID-19 sebagai musuh yang tak kasat mata namun mematikan.
Seiring dengan kebijakan yang diterapkan, khususnya di Indonesia vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk membentengi diri ketika serangan musuh virus corona datang.
Oleh karena itu, vaksinasi dapat dikatakan sebagai upaya masyarakat secara individu untuk memberikan kontribusinya dalam perang yang belum juga menunjukkan titik akan berakhir ini.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh di kalangan masyarakat pun diharapkan bisa memberikan contoh untuk mendorong vaksinasi agar semakin meluas di tengah kian meningkatnya angka penularan dalam beberapa waktu terakhir.
Ketua Umum Santri Forum Kader Bela Negara (FKBN) Kemhan RI, H. Ahmad Yazid Basyaiban atau yang dikenal dengan sebutan Gus Yazid Basyaiban misalnya, menyediakan diri untuk menjadi teladan tersebut dengan mengikuti vaksinasi dan mengajak berbagai kalangan masyarakat untuk melakukan vaksinasi sebagai bentuk bela negara.
Ulama muda DKI ini menegaskan bahwa vaksinasi merupakan salah satu wujud tindakan bela negara di tengah perang melawan virus corona.
Pandemi COVID-19 ini ibarat perang yang harus dilawan dan diatasi bersama-sama dan perlu saling bahu-membahu dalam memerangi serangan COVID-19 ini dengan melakukan beberapa perintah yang diinstruksikan pemerintah untuk ikut vaksinasi. Karena dengan hal ini kita sudah melakukan bentuk bela negara.
Gus Yazid disuntik vaksin COVID-19 jenis Astrazeneca, di Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Jum’at (25/6), disaksikan langsung oleh Lurah Jatinegara Kaum Darsito S.Sos, Babinsa, Bimas, Kasatpol PP dan Kepala Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum.
Dikatakan Gus Yazid, vaksinasi diyakini menjadi salah satu cara untuk bisa menghentikan wabah pandemi sehingga pemulihan nasional bisa terwujud.
Menurut dia, pandemi COVID-19 ibarat perang yang harus dilawan dan diatasi bersama-sama, dan tidak hanya menjadi tanggung jawab atau urusan pemerintah. Masyarakat pun harus tergugah melakukan bela negara dan jangan sampai menjadi korban perang melawan COVID-19.
Cucu pendiri Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur ini juga mengajak masyarakat tetap istiqomah dan tidak boleh menyerah, terus semangat menegakkan protokol kesehatan, dengan jurus 5M protokol kesehatan COVID-19 memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Baca juga: Besok vaksinasi massal Polri digelar serentak seluruh Indonesia
Jangan panik
Perang dimana pun pasti mendatangkan kekhawatiran mendalam. Namun kepanikan justru disebut tak akan menyelesaikan masalah.
Vaksinasi ditegaskan bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan melainkan sebaliknya. Kampanye negatif terkait vaksin telah membuat banyak kalangan merasa khawatir untuk melakukan vaksinasi.
Oleh karena itu, ajakan bela negara melalui vaksinasi diharapkan bisa menjadi upaya untuk menepis kekhawatiran melawan kabar hoaks yang kencang berhembus. Dengan semangat bela negara, masyarakat diajak tak ragu melakukan vaksinasi karena memang diyakini bisa mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi.
Terkait dampak setelah vaksin, Gus Yazid mengatakan, setelah di suntik vaksin dirinya masih bisa beraktivitas seperti biasa dan sehat, tidak ada masalah dengan vaksin Astrazeneca. Bahkan, tidak ada dampak negatif pada badan dan kesehatannya.
Isu yang beredar selama ini vaksin tersebut ternyata tidak terbukti kebenarannya.
Presiden Jokowi juga sudah mengingatkan mengenai pentingnya vaksinasi bagi seluruh masyarakat. Presiden meminta masyarakat untuk segera divaksin begitu ada kesempatan demi keselamatan semua orang.
Ditegaskan bahwa vaksin merupakan upaya terbaik yang tersedia saat ini sebagai langkah mencapai kekebalan komunitas untuk mengatasi pandemi. Maka sebelum itu tercapai, semua harus tetap berdisiplin dan menjaga diri terutama memakai masker. Presiden bahkan secara khusus meminta satu hal yang sederhana kepada masyarakat yakni agar tetap tinggal di rumah jika tidak ada kebutuhan yang mendesak.
Baca juga: Kemenkes hapus persyaratan domisili peserta vaksinasi COVID-19
Kapan berakhir
Faktanya memang semua merasa sudah bosan untuk tetap tinggal di rumah, rindu merasakan kebebasan bernapas tanpa masker, dan ingin berkumpul tanpa was-was bersama keluarga dan handai taulan.
Hingga banyak yang kemudian menanyakan sebenarnya kapan pandemi ini akan berakhir? Pertanyaan tersebut sering kali ditujukan kepada Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana diutarakannya dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual pada Jumat, 25 Juni 2021.
Menteri Kesehatan menyebut bahwa selesainya masa pandemi di Indonesia tersebut amat bergantung pada sebaik apa upaya yang dilakukan oleh diri sendiri dalam menghadapi pandemi ini.
Bagi dia sulit menjawab dengan pasti kapan pandemi ini akan berakhir karena setelah ia melihat pola pandemi ini, ini semua bergantung kepada tiap-tiap orang itu sendiri. “Berapa lama pandemi akan terus ada itu bergantung pada kita. Berapa banyak kasusnya akan naik itu tergantung kepada kita. Berapa banyak orang, saudara-saudara kita, dan tenaga kesehatan yang masuk ke rumah sakit itu juga bergantung kepada kita," ucapnya.
Budi menjelaskan bahwa kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, menjaga jarak, rutin mencuci tangan, dan menghindari kerumunan merupakan hal krusial dalam upaya mencegah semakin meluasnya penularan virus korona.
Oleh karena itu, pihaknya meminta sekali lagi kepada seluruh masyarakat untuk dapat berdiam diri di rumah sebagaimana instruksi pemerintah untuk dapat melindungi diri dan sesama dari penularan COVID-19.
Ia juga meyakini bahwa sebenarnya bangsa Indonesia mampu melalui cobaan seberat apapun apabila seluruh elemen bangsa berfokus untuk menggerakkan energi positif mereka untuk bersama-sama menangani pandemi ini sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing.
Sejarah bangsa Indonesia membuktikan bangsa ini bisa asalkan semua fokus menggunakan energi yang dimiliki ke sisi positif untuk menangani pandemi.
Semua bersatu untuk melakukan bela negara demi memenangkan perang melawan virus COVID-19 ini.
Baca juga: Penerima vaksin lengkap warga Indonesia bertambah 142.834 jiwa