Jakarta (ANTARA) - Piala Dunia 2022 sudah berakhir. Semua perseteruan antara tim-tim yang menjadi peserta turnamen sepak bola terbesar sejagat itu pun sirna.
Dan itu pastinya bukan antara Lionel Messi dengan Cristiano Ronaldo yang selama dua puluh tahun terakhir selalu menjadi sumber perdebatan mengenai siapa yang terhebat di dunia.
Perseteruan itu adalah antara Messi dengan Kylian Mbappe yang justru sama-sama pemain Paris Saint Germain di Liga Prancis.
Sebelum Piala Dunia 2022, persaingan antara kedua megabintang ini sudah menjadi konsumsi awam di Prancis, tapi sempat mendingin sampai Messi dan Mbappe bisa akur kembali di PSG, juga dengan Neymar.
Kini hubungan itu sepertinya retak kembali setelah final dramatis dalam Piala Dunia 2022 yang menjadi pertarungan pribadi antara kedua bintang yang sama-sama menunjukkan peran sentral untuk tim mereka.
Seandainya dalam adu penalti itu Prancis yang menang mungkin Mbappe yang dinobatkan sebagai Pemain Terbaik.
Dengan hattrick yang menumbangkan rekor Geoff Hurst sebagai satu-satunya pesepakbola yang mencetak hattrick dalam sebuah final Piala Dunia pada 1966, Mbappe sebenarnya bisa disebut man of the match final Piala Dunia 2022.
Tetapi sepak bola juga acap berkaitan dengan Dewi Fortuna. Dan kali ini sang dewi tidak memihak Les Bleus.
Dua kali Mbappe membuat Prancis menyamakan kedudukan. Tiga tendangan penaltinya pun (termasuk satu dalam adu penalti) seluruhnya mulus masuk gawang Argentina tanpa bisa dihalau kiper Emiliano Martinez.
Ironisnya, Emiliano Martinez bisa menjadi orang yang membuat perseteruan Messi dengan Mbappe memanas kembali.
Martinez yang membuat gerakan mesum saat menerima Golden Glove, mengulangi ejekannya kepada Mbappe dalam kesempatan lain.
Terakhir, penjaga gawang Aston Villa itu menggendong boneka berwajah Mbappe saat parade sukses Argentina menjuarai Piala Dunia di Buenos Aires sehari lalu, seolah ingin mengatakan "Hey Mbappe kau masih bocah, kau belum pantas disandingkan dengan Messi."
Tak berteman
Mbappe juga menjadi sasaran ejekan pemain-pemain Argentina lainnya setelah final di Doha selesai, dengan cara membuat acara "hening sejenak" untuk Mbappe di ruang ganti pemain Albiceleste.
Pemain-pemain Argentina jelas sangat menghormati Messi sehingga setiap pesepak bola yang dianggap mereka tidak menaruh respek kepada peraih terbanyak Ballon d'Or itu sama dengan menyepelekan mereka.
Mbappe mungkin dianggap mereka sebagai salah satu orang seperti itu, terutama karena selebrasi golnya yang provokatif dalam final Piala Dunia 2022 itu.
Tetapi ulah para pemain Argentina itu malah bisa membuat Mbappe semakin terluka dan kian sakit hati. Ini bisa merembet ke mana-mana, termasuk merusak kekompakan dalam tim Paris Saint Germain.
Padahal sebagaimana Messi, masa depan Mbappe di PSG belum benar-benar putus sekalipun sudah menandatangani kontrak perpanjangan Mei lalu.
Tetapi memang kedua pemain sudah menegaskan ingin membawa PSG menjuarai Liga Champions. Baru setelah proyek Liga Champions itu selesai, mereka memutuskan bagaimana masa depannya bersama klub juara Liga Prancis tersebut.
Perseteruan akibat Piala Dunia 2022 ini sendiri bisa membuat pusing pelatih PSG Christophe Galtier, terutama bagaimana menyatukan kembali Messi dan Mbappe, juga Neymar yang terpental dari Piala Dunia 2022 sejak perempat final karena Brazil menyerah kepada Kroasia pada babak itu.
Keberhasilan Messi dalam menjuarai Piala Dunia tentu melukai Mbappe yang dianggap sejumlah kalangan sebagai pesepakbola terbaik dunia saat ini.
Mungkin itu cuma kekhawatiran sementara kalangan karena melihat sengitnya final Piala Dunia 2022, apalagi sekalipun keduanya diam-diam bersaing di PSG, Mbappe dan Messi tidak pernah benar-benar bermusuhan.
Tapi mereka juga tidak berteman. Mbappe lebih bersahabat dengan bek sayap Achraf Hakimi yang juga pemain timnas Maroko, sedangkan Messi lebih berteman dengan Neymar yang sudah terjalin lama sejak sama-sama masih menjadi pemain Barcelona. Neymar juga menjadi salah satu faktor bergabungnya Messi dengan PSG.
Mungkin karena berbeda usia, mengingat umur Mbappe dengan Messi terpaut jauh 12 tahun, kedua pemain tidak bisa bersahabat. Namun secara umum kedua pemain saling menaruh hormat dan kagum.
Justru permusuhan lebih terlihat antara Mbappe dan Neymar yang dulunya bersahabat. Hubungan panas itu mendingin setelah Mbappe meneken kontrak baru Mei lalu.
Jadi rumit kembali
Di balik itu semua ada fakta yang bisa membuat persaingan di antara ketiga pemain membesar kembali, yakni membesarnya pengaruh Mbappe kepada PSG seperti pengaruh besar dia kepada timnas Prancis.
"Jika orang menyadari betapa berharganya Kylian saat ini, maka mereka akan sadar betul bahwa betapa pentingnya dia bagi klub ini," kata salah satu sumber senior PSG kepada Telegraph Sport.
Menurut sumber ini harga Kylian saat ini adalah 300 sampai 350 juta euro, atau Rp4,9 triliun sampai Rp5,7 triliun!
Dengan harga selangit itu PSG yakin Mbappe akan terus bersama mereka karena tak akan ada yang berani mengeluarkan uang sebanyak itu.
Keyakinan itu ditambah oleh berakhirnya krisis antara Mbappe dan PSG yang dipicu keinginan Mbappe hengkang dari klubnya ini karena merasa hubungan mereka sudah tak bisa diperbaiki.
Tetapi Mbappe kabarnya menyesal telah menandatangani kontrak baru karena PSG tidak menepati janji mendatangkan seorang pemain berperan sebagai nomor 9 yang membuat Mbappe tidak harus bermain sebagai penyerang tengah.
Situasi sama terjadi pada Messi. PSG yakin masih akan diperkuat bintang Argentina ini, apalagi sebelum Piala Dunia Messi sudah menegaskan hanya fokus kepada Piala Dunia dan bersedia bertahan satu musim lagi di PSG jika kondisinya memungkinkan.
Tetapi itu juga tergantung kepada bagaimana akhir PSG di Liga Champions.
Persoalan menjadi rumit kembali setelah final Piala Dunia dan provokasi-provokasi yang dibuat pemain seperti Emiliano Martinez.
Apakah Galtier dan PSG bisa menyatukan lagi Messi dan Mbappe?
Jika mampu, maka trofi Liga Champions mungkin bisa mereka raih, apalagi Messi dan Mbappe sama-sama bernafsu mendapatkan trofi ini.
Namun jika Galtier tak bisa membuat kedua pemain ini akur kembali, maka PSG bisa celaka. Mereka bisa kehilangan salah satu atau bahkan kedua pemain itu di ujung musim ini.
Tetapi yang gawat adalah malah suasana tidak kompak dalam tim muncul lagi sehingga untuk kesekian kalinya setelah berbelanja gila-gilaan, trofi Liga Champions raib dari jangkauan PSG.