Jakarta (ANTARA) - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengatakan akan mengurangi pembiayaan ke sektor non ramah lingkungan untuk mewujudkan komitmen net zero emission pada 2030 dan pembiayaan pada 2060.
Namun, Alexandra mengatakan Bank Mandiri tetap mempertimbangkan peran perbankan sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang memiliki tanggung jawab untuk mendukung program prioritas pemerintah.
Dalam konteks tambang batu bara, misalnya, Bank Mandiri memperhitungkan andil perbankan dalam mendukung penyediaan listrik, sebagaimana yang tercantum dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik.
Kendati demikian, Bank Mandiri tetap berkomitmen untuk mewujudkan ekosistem berkelanjutan.
Salah satu upaya yang dilakukan perbankan adalah dengan menyediakan dana sebesar Rp242 triliun untuk kredit lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG.
Bila dirinci, Rp127 triliun dari Rp242 triliun disalurkan ke segmen sosial. Sementara Rp115 triliun lainnya disalurkan ke segmen lingkungan.
Bank Mandiri melaporkan penyaluran pembiayaan berkelanjutan mengarah pada sektor-sektor berkelanjutan, seperti sektor perkebunan yang telah tersertifikasi ISPO atau RSPO; energi baru dan terbarukan seperti pembangkit listrik bertenaga hydro, geothermal; transportasi; hingga ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir.
Bank Mandiri juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk berdiskusi dengan para stakeholders, untuk menemukan solusi finansial yang tepat yang bisa difasilitasi oleh perbankan.
“Kami juga terus menumbuhkan green financing di segmen retail, antara lain melalui peluncuran produk kredit serbaguna mikro, kartu kredit khusus pembelian PLTS asap, dan penyaluran kredit kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dengan bersinergi bersama perusahaan anak,” jelas Alexandra.