Sabak, Jambi (ANTARA) - Harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam sepekan terakhir ini mengalami kenaikan dari Rp2.075 naik menjadi Rp2.125 per kilogram.
Tidak seperti kenaikan harga jual hasil perkebunan pada umumnya. Masyarakat malah tidak begitu menyambut baik kenaikan harga TBS sawit tersebut.
Itu karena, kenaikan harga jual tandan buah segar sawit (7/12) terjadi di tengah kondisi buah yang berkurang, atau biasanya dikenal dengan istilah ngetrek.
Dani, salah satu di antara pemilik kebun sawit di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sabtu, menjelaskan meski ada terjadi kenaikan harga TBS namun hasil di panen dari kebun tidak sebanyak seperti biasa saat normal.Dari dua hektare kebun sawit yang biasanya menghasilkan buah sebanyak 5 ton TBS, kini menurun hanya 2 ton saja per satu kali panen.
Baca juga: BPDPKS perkuat sinergi wujudkan kesejahteraan petani kelapa sawit
"Sekarang ini dalam satu janjang di batang sawit itu cuma ada satu buah, biasanya bisa sampai tiga buah," jelasnya".
Selain itu, buah yang dihasilkan dalam satu batang ukurannya juga menyusut, tidak besar seperti biasanya.
"Kalau sudah masuk musim ngetrek seperti ini, ukuran buah juga mengecil. Padahal cara pupuk dan perawatan kebunnya sama saja seperti sebelumnya," ujar Dani.
Para petani atau pemilik kebun merasa kenaikan harga ini sudah diatur oleh para penampung besar TBS sawit ini.
Sebab, berkaca dari kejadian sebelumnya, kenaikan harga TBS sawit ini mulai terjadi di tengah kondisi buah yang menurun.
"Kami minta tolong jangan pas buah ngetrek harga jual TBS sawit ini baru naik, tetapi ketika buah lagi banyak-banyaknya juga harga dapat disesuaikan. Jadi kami bisa merasakan betul dampak baik dari kenaikan harga TBS sawit ini," pintanya.
Baca juga: Harga CPO dan TBS di Jambi turun Rp29 per kilogram
Baca juga: Asosiasi sebut kompetensi SDM kelapa sawit masih memprihatinkan
Baca juga: Pemprov Jambi harap petani sawit ikuti standar pasar Uni Eropa