Jambi (ANTARA) - Penjabat Wali Kota Jambi Sri Purwaningsih menegaskan penurunan prevalensi stunting harus dilakukan secara simultan dan terintegrasi antara program masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
"Untuk menurunkan stunting harus dilaksanakan secara simultan dan terintegrasi dengan sejumlah program yang berkaitan dengan masing-masing OPD," kata dia di Jambi, Senin.
Ia mengatakan dengan program yang berjalan simultan dan terintegrasi tersebut membuat percepatan penanganan kasus tersebut sesuai harapan.
Pihaknya melakukan evaluasi atas pencapaian penurunan stunting selama 2023. Terjadi penurunan prevalensi stunting dari 14 persen pada 2022 menjadi 13,5 persen pada 2024 di daerah itu.
Pemkot Jambi juga menyusun strategi lebih lanjut guna mengatasi permasalahan stunting di wilayah setempat.
Dia menekankan pentingnya kerja sama seluruh masyarakat, lurah, camat, dan ketua RT.
Sri berharap, dengan evaluasi dan penyusunan strategi baru maka terjadi peningkatan penurunan stunting.
Target penurunan stunting pada 2024 menjadi 10 persen dari 2023 yang 13,5 persen.
.
"Seperti yang kita ketahui bersama angka stunting 2022 yang lalu, Kota Jambi ini menduduki atau memiliki kasus stunting sebesar 14 persen dan kemudian di tahun 2023 target kita sebanyak 12 persen, tapi belum tercapai angka kita masih di angka 13,5 persen," kata dia.
Detail terkait lokasi dengan jumlah anak stunting tertinggi juga diungkapkan Sri Purwaningsih saat evaluasi tersebut, di mana Kecamatan Jambi Timur menjadi daerah dengan jumlah stunting tertinggi yakni 113 balita, disusul Kecamatan Jelutung 77 balita dan Paal Merah 35 balita.
“Dengan adanya sinergi antara pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat, target penurunan angka stunting dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan,” kata dia.