Kota Jambi (ANTARA) - Yayasan Rekam Nusantara sebut delapan dari 13 spesies burung rangkong di Indonesia terancam punah akibat hilangnya tutupan hutan (deforestasi) dan penurunan kualitas ekosistem (degradasi) dalam menyediakan ruang kebutuhan satwa tersebut.
"Secara umum rangkong di Indonesia ada 13 jenis. Masalahnya adalah Rangkong itu hanya bisa hidup di hutan, jadi tanpa hutan mereka tidak bisa hidup. Oleh karenanya, jika hutan semakin berkurang, otomatis populasinya semakin berkurang, itu adalah keniscayaan yang terjadi di Indonesia," kata Director For Forest Program Yayasan Rekam Nusantara (YRN) Yoki Hadiprakarsa saat menghadiri lokakarya "Keanekaragaman Hayati, Strategi Konservasi Spesies Kunci di Hutan Harapan," di Jambi, Kamis.
Menurut dia, dari 13 jenis rangkong di Indonesia, sembilan berada di Pulau Sumatera termasuk Jambi. Dari total spesies itu, 77 persen statusnya terancam punah. Delapan dari sembilan jenis rangkong di Sumatera ancaman kepunahan sangat tinggi, kata dia, akibat tutupan hutan yang semakin menyempit.
Pelaku pelestarian keanekaragaman hayati terus mendorong mengupayakan aksi penyelamatan, melalui penelitian, pemahaman, dan pengetahuan, termasuk upaya perbaikan sarang dan menciptakan sarang buatan.
Ia merinci jenis rangkong yang terancam punah di Indonesia, termasuk Sumatera (Jambi), meliputi Rangkong Badak/Enggang Cula (Buceros rhinoceros), Rangkong Enggang Papan (Buceros bicornis), Rangkong Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus).
Rangkong Enggang Jambul (Berenicornis comatus), Rangkong Enggang Dompet (Rhyticeros plicatus), Rangkong Jangkareng Hitam (Anthracoceros malayanus). Rangkong Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris), dan Rangkong Besar (Buceros bicornis).
Direktur Restorasi Ekosistem Indonesia (PT. REKI) Adam Azis mengatakan pertemuan dengan melibatkan ahli dan penggiat konservasi bertujuan ke depan terjadi sinergi semakin kuat dalam mengelola keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk di dalam kawasan hutan harapan.
Menurut dia, yang paling mendesak, memastikan keanekaragaman hayati tidak terganggu dan stabil, termasuk upaya memaksimalkan pengelolaan menjadi lebih terarah untuk kelestarian alam.
"Hal itu butuh promosi, memperluas jaringan, dan mengajak orang banyak semuanya sadar tidak merusak hutan dalam konteks keanekaragaman hayati," kata Adam Azis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Delapan spesies burung rangkong terancam punah akibat deforestasi
