Hadapi cobaan bertubi, tak suka pola "ABS"
Jambi (ANTARA Jambi) - Hari ini 12 April 2012 kepemimpinan pasangan Zumi Zola Zulkifli dan Ambo Tang sebagai bupati dan wakil bupati Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi genap berusia satu tahun.
Pasangan Zumi Zola-Ambo Tang selalu menjadi sorotan media, terutama sosok Zumi Zola, latar belakang artis sepertinya membuat Zola punya daya magnet tersendiri. Apalagi, perjalanan setahun kepemimpinannya sebagai bupati diwarnai beragam peristiwa yang menyita perhatian publik.
Mulai dari gaya kepemimpinannya yang merakyat dan ketegasannya dalam membuat keputusan, hingga berita gosip seputar kehidupan pribadinya, selalu menghangatkan pemberitaan media hingga dunia maya. Tak hanya warga Kabupaten Tanjung Jabung Timur tempatnya memimpin, tapi juga publik Indonesia secara luas.
Perjalanan satu tahun pertama ini tampaknya memang tak ringan bagi Zumi Zola. Sehari pascapelantikannya sebagai bupati, nama Zumi Zola sempat dicatut. Tak tanggung-tanggung Rp 200 juta melayang sia-sia.
Yang jadi korban pun bukan sembarang orang, kepala unit sebuah bank pemerintah yang ada di daerah itu. Meski begitu, suasana hari pertama memimpin tak ingin disia-siakannya.
Zola, di hari itu berhasil memberi kesan mendalam bagi para stafnya. Selain menyapa satu persatu bawahannya di setiap ruangan kantor bupati, Zola juga mengajak stafnya shalat berjamaah di masjid sekitar perkantoran Bukit Menderang, bahkan hari itu dihabiskan Zola untuk berada di kantor hingga larut malam.
"Banyak hal yang saya pelajari. Dan saya ingin langsung tancap gas," ujarnya kala itu. Memang, tancap gas kemudian menjadi gaya kepemimpinan Zola hingga kini, ia tak pernah ragu membuat keputusan.
Di hari keduanya bekerja, Zola bahkan langsung mengunjungi Desa Lamburluar. Sebuah desa padat penduduk di pesisir kawasan yang berbatasan dengan laut China Selatan. Hantaman gelombang dengan hanya menumpangi speedboat kecil tak menyurutkan niatnya untuk bertemu langsung dengan warga.
Bukan tanpa alasan, Zola ke Lamburluar karena menerima laporan warga saat pelantikannya bahwa desa itu minim fasilitas umum. Bahkan juga terisolasi dari jangkauan telekomunikasi. Kini semua persoalan yang dikeluhkan itu sudah terjawab.
Zola tak ingin menunggu untuk segera merespon kebutuhan masyarakat. Begitu pula saat dia mendapati laporan warga Kecamatan Dendang soal jalan yang putus, Zola yang sedang dinas luar memerintahkan Wabup Ambo Tang segera mengambil tindakan.
Bahkan tak menunggu lama, Zola pun segera ke lokasi. Alat berat langsung dikerahkan demi mengatasi kesulitan warga yang sebagian besar mengandalkan jalan itu untuk mengangkut hasil panennya.
Banyaknya ujian yang dihadapi Zola boleh dibilang bertubi-tubi. Belum sebulan memimpin, Zola dihadapkan pada cobaan berat yang menimpa warganya.
Kebakaran besar melanda Kecamatan Mendahara. Tak berselang lama musibah serupa terjadi di Kecamatan Kualajambi. Bagi sebagian warga Tanjabtim, bencana kebakaran adalah biasa di daerah itu. Tapi bagi Zola, musibah itu sangat memiriskan hati.
Dampak psikologis yang ditimbulkan sangat serius. Ratusan orang kehilangan tempat tinggal. Anak-anak tak lagi bisa sekolah untuk sekian waktu karena perlengkapan belajar mereka ikut terbakar. Belum lagi trauma dan penyakit yang rawan timbul pascamusibah.
Bencana kebakaran tak boleh dianggap biasa. Harus ada upaya serius agar dapat meminimalisir kemungkinan terulang kembali. Karena itu, begitu mendengar kabar duka itu, Zola tak segan meninggalkan agenda resmi di sebuah kementerian di Jakarta.
Meski tiba malam hari, Zola memilih melanjutkan perjalanannya sampai ke lokasi musibah. Ia ingin warganya merasa pemimpin mereka sangat peduli dengan apa yang mereka alami.
Padahal, malam itu pula dia harus menuju Kabupaten Kerinci untuk mendampingi kafilah Tanjabtim yang sedang berlaga di arena MTQ tingkat Provinsi Jambi di sana.
Sosok Zumi Zola memang bagai magnet. Di arena MTQ Kerinci itu Zumi Zola disambut histeria pengunjung. Karuan saja, kehebohan itu menjadi santapan media massa. Kabar kehebohan di MTQ Kerinci itu terus menjadi buah bibir.
Bahkan di jejaring sosial dan sejumlah media online, peristiwa itu menjadi bahasan yang seakan tak berujung. Pemberitaan media seakan menemukan sisi baru dalam mengabarkan aktifitas seorang kepala daerah.
Gaya memimpin
Banyak yang meragukan kapasitas Zumi Zola ketika rakyat Tanjabtim memilihnya sebagai pemimpin, bahkan ada yang beranggapan pemuda 31 tahun yang waktu itu masih lajang, akan dikendalikan oleh orang-orang tertentu dalam memimpin Tanjabtim.
Dalam sebuah kesempatan Zumi Zola pernah mengakui bahwa dia memang mendengar kabar tak sedap itu, tapi tekadnya, semua keraguan tentang dirinya hanya akan dijawab dengan perbuatan.
Sebagai pemegang amanah rakyatnya, Zola tidak suka dengan pola asal bapak senang (ABS). Baginya tak perlu banyak bicara tapi justru harus menunjukkan kerja.
Karena itu, evaluasi terhadap bawahannya selalu dilakukan. Beberapa kali rotasi jabatan kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) menggambarkan semua penilaian pada setiap PNS utamanya berdasar kinerja.
Ketidaksukaannya terhadap budaya ABS sebenarnya sudah ditunjukkannya sejak minggu pertama bekerja. Ketika Zola melakukan inspeksi mendadak ke sekolah-sekolah, tanpa diduga, toilet sekolah yang biasanya luput dari perhatian menjadi tujuan pertama Zola.
Karuan saja, pihak sekolah dibuat kalang kabut, pasalnya mereka pasti tidak menyangka bupatinya mau masuk ke toilet sekolah. Soal toilet ini, meski sederhana, menjadi pelajaran penting yang ingin ditunjukkan Zola pada semua stafnya. Zola ingin semua stafnya membuat perubahan meski dari hal-hal kecil.
Dia berpendapat, jika toilet saja tidak layak, dapat dipastikan hal besar lain yang dilakukan sekolah juga akan jauh dari layak.
"Bagaimana proses belajar mengajar bisa berjalan baik jika hal-hal kecil yang menjadi kebutuhan sehari-hari saja terabaikan," katanya menjelaskan.
Dari persoalan toilet itu Zola bisa mengurai berbagai persoalan khususnya di bidang pendidikan.
"Saya tegaskan bahwa mengurus pendidikan itu harus berdasarkan perencanaan yang matang dengan skema penanganan yang bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
Memenuhi janji politiknya menjadi agenda utama Zumi Zola-Ambo Tang. Keinginannya untuk segera mencapai visi Tanjung Jabung Timur "SAMUDRA" (Sejahtera, Adil, Mandiri, Unggul, Demokratis dan Agamis) membuat semua program dan kegiatan yang dilaksanakan harus segera menjawab janji itu.
Bantuan kapal nelayan berikut perlengkapannya langsung digenjot di tahun pertama. Begitu pula janjinya untuk menyediakan excavator untuk setiap kecamatan serta pelaksanaan sejumlah program yang langsung menyentuh warganya.
Kerja keras Zumi Zola-Ambo Tang itu bukan tanpa rintangan. Beberapa musibah sempat menguras energi mereka. Sebut saja kebakaran hebat ribuan hektare lahan gambut di daerah itu akhir tahun lalu. Banjir rob yang membuat poso fuso ribuan hektare sawah warga hingga gosip panas yang menerpa kehidupan pribadi Zumi Zola.
Namun, lagi-lagi Zumi Zola tak ingin larut dalam persoalan-persoalan itu. Baginya kerja keras untuk selalu melakukan terobosan dan pembenahan jauh lebih penting. Bahkan dengan kerja keras itulah akhirnya semua cobaan berat dapat dilaluinya.
Kini, setelah setahun dia memimpin "Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung", Zumi Zola dituntut untuk lebih gegas menghadirkan kesejahteraan bagi warganya.
Terlebih, Zumi Zola kini mendapat tambahan energi setelah hadirnya sosok Sherrin Tharia, wanita pilihan hati yang siap mendampinginya membangun tanah leluhur Zumi Zola, Tanjung Jabung Timur.(adv/cal)