Solo (ANTARA Jambi) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU), Hasyim Muzadi, menyatakan, setiap pejuang bagi bangsa
Indonesia harus dihormati, siapa pun orangnya, dan jika yang
bersangkutan sudah wafat, tidak boleh disebut keburukannya.
Pernyataan tersebut disampaikan KH Hasyim Muzadi di sela-sela
mengikuti haul atau peringatan wafatnya Siti Hartinah Soeharto (Ibu
Tien) di Astana Giribangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu
malam.
Ibu Tien wafat di Jakarta, 28 April 1996 pada usia 72 tahun.
Almarhumah adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Purnawirawan
Soeharto. Siti Hartinah, yang sehari-hari dipanggil "Ibu Tien Soeharto"
itu adalah anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti
Hatmohoedojo.
Beberapa literatur menyebut bahwa Ibu Tien merupakan canggah
Mangkunagara III dari garis ibu. Tien menikah dengan Soeharto pada
tanggal 26 Desember 1947 di Surakarta. Siti dianugerahi gelar pahlawan
nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya.
"Hormati pejuang yang telah berbuat untuk bangsa. Siapa pun
dia," kata Hasyim yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres) ini
Selain pertama menghormati pejuang bagi bangsa, kedua bagi yang
wafat, menurut Hasyim, hanya boleh disebut kebaikannya. "Tidak boleh
disebut keburukannya," tegas dia.
Peringatan wafatnya Ibu Tien Soeharto, kata Hasyim lagi,
bertepatan dengan 10 Dzulhijjah, bersamaan dan berhimpitan dengan puncak
pelaksanaan ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah dan Idul Adha. Dengan
demikian, bangsa Indonesia bisa menghormati dua hal: Yaitu, pertama
melaksanakan tahlil untuk yang wafat dan kedua pelaksanaan takbir,
karena esoknya, Kamis (24/9) adalah hari raya kurban atau Idul Adha.
Tentang pelaksanaan haul Ibu Tien, Hasyim menyatakan, hal ini
dimaksudkan memanjatkan doa untuk yang wafat, kemudian meneladani apa
yang baik, lantas memohonkan maghfirah atau ampunan sesama manusia.
Dan lebih penting lagi, katanya, menanamkan kesadaran bagi yang
masih hidup bahwa kemudian hari, pada waktunya, akan wafat pula.
Pada peringatan wafatnya Ibu Tien yang ke-20 tahun itu, nampak
keluarga besar Soeharto. Di antaranya Siti Hardiyanti Hastuti alias Mbak
Tutut, Sigit Harjojudanto, Siti Hediyanti Hariyadi, Hutomo Mandala
Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Nampak pula Ketua Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP).
Sulastomo, mantan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, mantan menteri
koperasi Subiyakto Tjakra Wardaya, mantan Kepala BKKBN Haryono Suyono,
mantan menteri koperasi Subiyakto Cakra Wardaya, dan sejumlah rekan
terdekat keluarga Soeharto.
Usai pembacaan surat Yasin, tahlil, dan doa, anggota keluarga
Soeharto menaburkan bunga ke makam ke makam kedua orang tuanya. KH
Hasyim Muzadi bersama undangan juga menaburkan bunga diiringi doa.
Hasyim Muzadi: jangan sebut keburukannya
Kamis, 24 September 2015 6:18 WIB
......Hormati pejuang yang telah berbuat untuk bangsa. Siapa pun dia......