Bagi ibu rumah tangga yang bermalasan ke dapur untuk menyiapkan santapan berbuka puasa, kini tidak perlu lagi khawatir sebab semua menu masakan tersedia dan dijajakan di bawah tenda khusus untuk pedagang musiman pada setiap Ramadhan.
Kalau di Jambi, misalnya masyarakat menyebutnya "Pasar Beduk" yang menjual aneka kuliner untuk berbuka puasa, dari lauk pauk, kue-kue maupun beragam minuman dari jus buah, air tebu sampai air kelapa muda.
Ada masakan nasional, namun tidak jarang pula menu tradisional khas masyarakat Jambi yang dijajakan pedagang musiman di "Pasar Beduk" itu pada setiap datangnya bulan Suci Ramadhan.
Seperti Padamaran yang merupakan kue tradisional khas Jambi yang merupakan salah satu penganan berbuka favorit di Jambi. Dari berbagai sumber menyebutkan kue basah ini terbuat dari bahan seperti tepung beras, gula merah, kuah santan, dan air perasan daun suji yang dikukus dalam daun pisang.
Kue Padamaran yang mudah dijumpai pada Ramadhan itu dinilai cocok dikonsumsi karena selain rasanya manis, juga lembut sehingga pas untuk pencernaan bagi orang yang sedang menjalani ibadah puasa.
Tidak hanya Padamaran, tapi beragam kue nasional seperti risol, dadar gulung, lemang, lemper, lepek bugis, bakwa dan bolu juga tersedia di "Pasar Beduk" yang sebagian diantaranya dikelola oleh remaja masjid dan pemuda setempat.
Fatmawati, seorang pembuat kue dari Kelurahan Sei Putri, Kecamatan Danau Sipin Kota Jambi, mengaku banyak menerima pesanan penganan dari pedagang untuk dijual kembali di "Pasar Beduk" dan pasar kaget dipinggir-pinggir jalan.
"Omsetnya bertambah. Kenaikannya pada setiap puasa bisa mencapai 300 persen, sebagian besar pesanan pedagang yang akan dijual kembali di 'Pasar Beduk' dan pinggir jalan," katanya menjelaskan.
Aneka kue basah yang dijual pedagang di "Pasar Beduk" itu rata-rata Rp1.500 potong, cukup terjangkau untuk menu selingan saat berbuka maupun santapan seusai pelaksanaan shalat tarawih.
Selain itu, di "Pasar Beduk" juga dijual aneka lauk-pauk sebagai teman nasi saat berbuka puasa, seperti tempoyak, pepes patin, gulai ikan baong, gado-gado, mie, sate, ikan panggang, dan Mpek-Mpek.
"Pasar Beduk" yang lazimnya di pinggir jalan atau tanah kosong itu rata-rata setiap harinya buka pukul 15.00 WIB atau setelah pelaksanaan shalat ashar hingga waktu berbuka puasa.
Para juru parkir dadakan juga bermunculan di sekitar "Pasar Beduk" yang merupakan remaja dan pemuda dari lokasi usaha kuliner dadakan pada bulan puasa itu.
Padatnya warga yang berbelanja menu berbuka, terkadang mengakibatkan kemacetan arus lalu lintas kendaraan bermotor di ruas jalan menuju "Pasar Beduk" seperti di kawasan Kosera Kota Jambi.
Hamdani (38), pedagang/pemilik "Pasar Beduk" kawasan Mayang Kota Jambi juga mengaku mampu meraih Rp2-Rp3 juta dari penjualan aneka kue yang merupakan titipan warga kepadanya.
"Sebagian besar kue yang saya jual ini adalah titipan masyarakat. Saya hanya menjualnya dengan Rp1.000 per potong. Keuntungan untuk saya Rp200 per potong kue," kata Hamdani.
Hamdani yang membuka "Pasar Beduk" di depan tempat usahanya mengaku pada bulan-bulan biasa menjual kopi dan mie Aceh. "Warung kopi atau mie tutup setiap bulan puasa, dan kami beralih menjual kue-kue titipan masyarakat," katanya menambahkan.
Para pedagang musiman tidak hanya di "Pasar Bedug" tapi juga bermunculan di pinggir-pinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan aneka kuliner sebagai santapan berbuka puasa, termasuk pedagang kaget yang berjualan dengan mobi di sejumlah ruas padat di Kota Jambi.
Tidak sedikit dari pedagang kaget yang menjual menu berbuka puasa itu adalah gadis atau remaja yang berparas cantik.
Namun untuk memastikan bahwa kuliner yang dijual di "Pasar Bedug" selama puasa itu terjamin dari sisi kesehatan, maka pemerintah melalui Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Jambi melakukan pengawasan secara ketat.
"Kami bersama sejumlah tim turun ke lapangan mengambil sample makanan untuk di uji lab guna mengantisipasi beredarnya makanan yang mengandung zat-zat berbahaya," kata Kepala BPOM Jambi Ujang Supriatna.
Dalam pengambilan sample makanan siap saji seperti manisan, cendol, takjil, kue dan lainnya, pihaknya menurunkan sejumlah tim petugas laboratorium BPOM yang disebar di enam titik "Pasar Bedug".
"Dari sekitar 48 sample yang kita uji, hasilnya negatif dari empat bahan makanan berbahaya atau tidak mengandung boraks, formalin, rhodamin B dan methanil yellow," katanya menjelaskan.
Hasil temuan negatif tersebut menunjukan tingkat kesadaran pedagang sudah semakin tinggi karena peran serta semua pihak termasuk media massa yang selalu memberikan informasi.
"Kita juga tetap akan turun ke lapangan sampai menjelang perayaan Idul Fitri, setiap minggu kita akan turun dan juga tentu saat waktunya kita turun tanpa ada pemberitahuan," katanya.
BPOM Jambi terus mengimbau kepada pedagang jangan menggunakan bahan makanan berbahaya yang nantinya malah akan merugikan diri sendiri.
"Saat ini masyarakat sudah semakin cerdas dan sudah banyak yang mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya," katanya.
Sementara itu, Kasi Pemeriksaan dan Penyidikan BPOM Jambi Emli menambahkan, dalam pengawasan tersebut, jika ditemukan makanan yang tidak sesuai standar dan BPOM akan langsung memusnahkan makanan dan memberikan pembinaan kepada pedagangnya.
"Kalau sanksi untuk pangan seperti itu kita belum sampai ke ranah hukum, namun baru sampai ke tahap pemusnahan barang dan proses pembinanan," kata Emli menambahkan.
"Pasar Beduk" dinilai perlu dipertahankan karena itu adalah satu kearifan lokal yang hanya dijumpai pada setiap tibanya bulan Suci Ramadhan, khususnya di Jambi. (Ant)