Jambi (ANTARA Jambi) - Petani di Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi menanam lada di hutan gambut wilayah desa setempat sebagai upaya meningkatkan perekonomian dan pelestarian kawasan gambut.
Ketua Kelompok Tani Senang Jaya Desa Sungai Beras, Hamid mengatakan, tanaman lada atau merica dipilih karena berdasarkan kajian Warsi selaku pendamping kelompok tani, cocok ditanam di kawasan gambut. Dan lada bernilai jual tinggi.
"Satu tanaman lada bisa menghasilkan buah sekitar 1-2 kilogram. Sementara harga satu kilogram lada bisa mencapai Rp150-200 ribu," katanya di Tanjung Jabung Timur, Jumat.
Saat ini kata Hamid sudah 1.000 bibit lada ditanam di hutan gambut yang berstatus hutan desa tersebut. Kelompoknya menargetkan bisa menanam sebanyak 10.000 bibit.
Pola menanam lada kata Hamid menggunakan satu pohon jenis apapun yang ada di hutan. Artinya masyarakat bertani tidak dengan membuka lahan.
"Tanaman lada seperti benalu, dia terus menempel di batang pohon, makanya kita tanam disetiap pohon yang ada di hutan. Kita bertani tidak menghilangkan tanaman yang ada, paling hanya membersihkan bagian bawah pohon yang akan ditanam lada itu," katanya menjelaskan.
Hamid mengatakan hanya di Sungai Beras dan satu-satunya di Provinsi Jambi kelompok tani yang menanam lada di hutan gambut.
Selain lada, Hamid mengatakan masyarakat juga menanam nenas dan jengkol di hutan yang kedalaman gambutnya lebih dari delapan meter itu.
"Untuk tanaman yang kita tanam memang belum manghasilkan, tapi kita yakini ini berhasil dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Sungai Beras. Kita targetkan lada itu panen tahun awal 2018 mendatang, saat ini umurnya baru rata-rata empat bulan," katanya.
Tokoh Masyarakat Sungai Beras Suyono, mengatakan masyarakat Sungai Beras umumnya bermata pencaharian mengandalkan dua komoditi yakni pinang dan kelapa.
Namun sebagian ada yang menanam sawit tapi itu sepertinya tidak bisa berlangsung dalam jangka panjang. Sebab sawit yang ditanam di lahan gambut di wilayah desa rata-rata tumbang/miring setelah berumur lima tahun. Penyebabnya kedalaman gambut di daerah itu lebih dari dua meter.
"Saat ini tanaman kelapa dan pinang sedang mengalami pengurangan produksi (trek). Dengan pola bertani di hutan ini diharapkan bisa menjadi penghasilan utama masyarakat terutama lada. Tapi tentunya tetap menjaga ekosistim hutan. Ini baru contoh kalau berhasil tentu semua masyarakat di sini tertarik," kata Suyuno yang juga mantan kepala desa setempat.
Fasilitator KKI Warsi wilayah Tanjung Jabung Timur Wazan Alkirom, mengatakan Warsi sebelumnya juga sudah melakukan kajian terhadap tanaman yang betul-betul cocok untuk di hutan gambut. Salah satunya dengan menanam lada dan itu mendapat respon positif oleh masyarakat khususnya kelompok tani Sungai Beras.
Wazan menjelaskan, dalam menanam lada memang diperlukan pohon tegakannya dulu. Dan yang dimanfaatkan adalah pohon yang ada di hutan. Bukan dengan membuat 'land clearing' atau merusak hutan.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan mendukung penuh upaya Kelompok Tani yang berupaya menanam lada di hutan gambut tersebut.
"Kami prinsipnya sangat mendung penuh, kita juga nanti akan lihat. Jika belum ada kajian kita akan lakukan penelitian," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Budidaya.
Ia mengatakan upaya masyarakat setempat patut diapresiasi, sebab hal itu juga salah satu cara meningkatkan perekonomian disaat harga komiditi sawit dan karet menurun.