Sebentar lagi Kota Jambi akan mendapatkan pemimpin baru. Pasalnya daerah ibukota Provinsi Jambi ini baru saja melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah periode 2018-2023.
Dalam perhelatan pesta demokrasi lima tahunan yang telah usai pencoblosan itu, wajah lama (Syarif Fasha) dan wakilnya wajah baru (Maulana) akan memimpin Kota Jambi dalam lima tahun kedepan.
Pascapencoblosan, calon kandidat itu menang dalam hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei. Mereka meraup suara diatas 50 persen atau unggul atas pasangan Abdullah Sani-Kemas Alfarizi.
Jika nantinya calon kandidat kepala daerah ini benar-benar dinyatakan sah dalam rapat pleno penetapan yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat. Bagaimanakah nasib "Kaum Miskin Kota" setelah mereka dinyatakan sebagai kepala daerah setelah mereka dilantik?
Lantas akankah ada perubahan terhadap "The Urban Poor" di Kota Jambi, atau akan begitu-begitu saja atau juga bahkan ketimpangan antara "si miskin" dan "si kaya" yang malah akan semakin tinggi.
Angka penduduk miskin di wilayah Kota Jambi terbilang masih tinggi. Badan Pusat Statistik Kota Jambi mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Jambi mencapai 286 ribu lebih jiwa.
Dari jumlah itu BPS Kota Jambi menyebutkaan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat mengalami kenaikan.
Selama periode September 2016-Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan di Jambi bertambah 4,29 ribu orang atau dari 116,33 ribu orang pada September 2016 menjadi 120,62 ribu orang pada Maret 2017).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan pada Maret 2017 tercatat 73,47 persen, Sedangkan di perdesaan jauh lebih tinggi yang mencapai 79,85 persen.
Dalam catatan BPS itu menunjukan komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, cabe merah, gula pasir, dan mie instan.
Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, pakaian jadi perempuan dewasa, dan pakaian jadi laki-laki dewasa.
Dari data tersebut, diharapkan bisa menjadi tolok ukur terhadap calon pemimpin di Kota Jambi bahwa harus ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana yang termaktub dalam sila ke lima Pancasila.
Atau jangan sampai mereka justru nantinya malah berpihak diatas kepentingan "tim sukses" atau para pemodal dan bahkan partai politik yang dinilai telah berjasa atas kemenangan mereka ke tampuk kursi kepemimpinan.
Menilik visi-misi kepala daerah
Visi-misi Syarif Fasha-Maulana yang telah dinyatakan unggul atau menang dalam kontestasi Pilwako Jambi (versi hitung cepat sementara) itu menjadi tolok ukur terhadap kaum miskin kota.
Dalam visi misnya yang diusung menjadi jargon #Jambiterkini itu mereka masih berambisi menjadikan bahwa Kota Jambi ini akan dijadikan kota pusat perdagangan dan jasa yang unggul.
Pada visi misinya yang masuk dalam Panca Program Jambi Terkini Fasha-Maulana itu antara lain, Infrastruktur sarana dan prasarana bidang pembinaan keagamaan, Infrastruktur sarana dan prasarana bidang Pusat Pengembangan ekonomi Kerakyatan.
Kemudian Infrastruktur sarana dan pra sarana pengembangan jalan perkotaan, Infrastruktur sarana dan prasarana bidang Pendidikan, Kebudayaan dan SDM serta Infrastruktur sarana dan prasarana bidang Pusat pusat Kesehatan Masyarakat.
Lima program tersebut, mereka masih fokus terhadap pembangunan infrastruktur, baik itu infrastruktur fisik dan nonfisik.
Setelah menilik visi misi, dan bahkan dalam debat publik sebelumnya, para calon kandidat baik pasangan nomor urut satu dan dua, juga hanya sedikit yang menyinggung soal kaum miskin kota.
Isu kaum miskin kota atau dengan istilah "the uban poor" tampaknya masih terabaikan. Pasalnya masik banyak warga miskin di Kota Jambi yang belum terjangkau hak ekonomi yang dilakukan pemerintah.
Bahkan kaum miskin kota untuk bertahan hidup, mereka (gelandangan, pengemis, pedagang asongan, PKL) terpaksa mencari ruang-ruang hidup untuk memenuhi ekonomi mereka. Selain itu mereka kerap kali berbenturan dengan masalah hukum seperti penggusuran.
Artinya masih banyak aspek hak ekonomi, sosial, dan budaya kaum miskin kota yang masih terbaikan.
Sehingga, melalui pesta demokrasi yang telah selesai dilaksanakan di Kota Jambi ini menjadi harapan bagi kaum miskin kota supaya mereka mendapatkan perhatian yang layak untuk kehidupan mereka.
Atau akan kah pendidikan gratis, kesehatan gratis nantinya hanya bakal tinggal janji***
Bagaimana nasib "Kaum Miskin Kota" Jambi setelah Pilkada
Kamis, 28 Juni 2018 17:31 WIB