Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan saat ini beberapa perusahaan sedang melakukan modifikasi pada desain vaksin mereka dan kemudian akan memproduksinya sebagai antisipasi terhadap varian baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dari Afrika Selatan (Afsel) dan Brazil.
Wien menuturkan modifikasi itu tidak akan mengubah vaksin sepenuhnya. Oleh karena itu, saat ini tidak diperlukan pembuatan vaksin COVID-19 baru.
Peneliti LIPI itu mengatakan dari 1.273 asam amino pada protein spike pada virus Corona penyebab COVID-19, hanya 8-10 yang sudah mengalami mutasi.
Namun demikian, dari mutasi-mutasi tersebut ada beberapa yang diperkirakan berpengaruh terhadap efektivitas vaksin, seperti delesi H69 dan V70 dan mutasi N501Y pada varian dari Inggris, dan mutasi N501Y dan E484K pada varian dari Afrika Selatan atau Brazil.
Mutasi merupakan upaya virus agar mampu bertahan hidup di lingkungannya, dan proses mutasi bersifat acak. Untuk mengidentifikasi mutasi yang terjadi, maka diperlukan pengurutan genom menyeluruh virus (whole genom sequencing), dan kegiatan itu terus dilakukan di banyak negara di dunia.
Hingga saat ini, mutasi virus SARS-CoV-2 telah menghasilkan sejumlah varian baru, seperti D614G dari China, B 1.1.7 atau VOC202012/01 atau VUI202012/01 dari Inggris, B 1.351 atau 501Y.V2 dari Afrika Selatan dan B 1.1.28.1 atau P.1 dari Brazil.