Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak seluruh komponen dalam masyarakat untuk menerapkan slogan 4T (tidak terlalu muda, tidak terlalu banyak, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sering) yang dapat mencegah anak lahir dalam keadaan stunting (kekerdilan).
Hasto menuturkan bila masyarakat dapat saling bekerja sama untuk menghindari 4T tersebut, maka parameter kependudukan Indonesia data terselamatkan dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Dalam membantu masyarakat menghindari 4T, pihaknya telah meluncurkan program Recording System Pencatatan BKKBN. Di mana tiga bulan sebelum menikah calon ibu sudah diperiksa lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan dan hemoglobin darah (Hb) di puskesmas maupun ke fasilitas kesehatan terdekat.
Baca juga: Usia 21 hingga 35 merupakan waktu ideal untuk menikah dan hamil
Baca juga: Cegah bayi lahir kekerdilan, BKKBN fokus atasi 4T
Sebelum menikah, ia menekankan perempuan pun harus memperhatikan dan menjaga dengan memakan makanan yang kaya vitamin C, Zinc dan makanan yang mengandung protein hewani. Hal tersebut, juga berlaku bagi laki-laki guna memiliki sperma yang bagus.
“Apabila terdapat wanita hamil kekurangan gizi, terlihat dari plasenta yang dimiliki tipis, akhirnya dapat menimbulkan bayi dapat terindikasi stunting. Berawal dari sang ibu hamil yang memiliki kekurangan gizi yang baik, berakibat pada anak yang dilahirkan,” kata dia.
Menurut Hasto, penting pula memperhatikan jarak kelahiran pada anak, karena bila terlalu dekat selain dapat berisiko stunting anak juga berpotensi mengidap autisme. Saat memiliki anak, diharapkan ibu fokus menyusui selama 24 terlebih dahulu untuk memenuhi gizi anak, sebelum memutuskan untuk hamil kembali.
Ia juga mengatakan untuk memberikan jarak kelahiran itu, program Bangga Kencana mendorong para ibu menggunakan program Keluarga Berencana (KB) segera usai persalinan dilakukan.
Ia berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menyebarkan informasi mengenai hal itu hingga ke pelosok-pelosok daerah.
“Pentingnya kerja sama dengan media, media sosial, wartawan semuanya. Pemerintah tentu bekerja sama juga dengan swasta dan masyarakat, perguruan tinggi, media dan LSM di tengah masyarakat,” tegas dia.
Baca juga: BKKBN-Kemen PPPA sebut edukasi perkawinan anak perlu lebih digalakkan
Baca juga: Kepala BKKBN: Perkawinan anak pengaruhi kondisi ibu dan anaknya