Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah, seiring eskalasi kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah hari ini dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Dini hari tadi Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit yang memerintahkan pasukan Rusia untuk masuk ke dua wilayah sengketa di Ukraina Timur dengan alasan untuk menjaga perdamaian.
Rusia akan mengakui dua wilayah sengketa tersebut yaitu Luhansk dan Donetsk sebagai wilayah yang independen dari Ukraina.
Baca juga: Rupiah ditutup turun tipis, dibayangi krisis Ukraina dan kebijakan Fed
"Sikap Rusia ini langsung memicu kekhawatiran pelaku pasar keuangan bahwa perang besar akan terjadi dan mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko," ujar Ariston.
Sementara itu dari dalam negeri, jumlah kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air pada Senin (21/2) kemarin mencapai 34.418 kasus sehingga total kasus mencapai 5,23 juta kasus. Khusus untuk kasus positif varian Omicron telah mencapai 6.257 kasus.
"Mulai menurunnya kasus penularan COVID-19 bisa membantu menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak melemah ke kisaran Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.320 per dolar AS.
Pada Senin (21/2) lalu, rupiah ditutup melemah 1 poin ke posisi Rp14.328 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.327 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa pagi melemah 24 poin
Baca juga: IHSG Selasa dibuka turun 23,15 poin