Palembang (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas untuk meningkatkan kegiatan operasional hulu migas dan investasi di wilayah Sumatera Bagian Selatan.
"Kami berusaha untuk bisa membuat kegiatan operasional di hulu migas dan investasi meningkat cukup agresif dan masif. Hal itu terlihat dari rencana pengeboran naik sekitar 30 persen untuk tahun depan dibandingkan dengan tahun ini," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam rapat koordinasi bersama KKKS yang digelar di Kantor SKK Migas Perwakilan Sumbagsel di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.
Sampai pertengahan Oktober 2022, KKKS Sumbagsel mampu meningkatkan produksi migas sebanyak 6.608 barel minyak per hari (BOPD) dan tambahan produksi gas sebanyak 20,08 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) melalui pengeboran 54 sumur pengembangan yang dilakukan sejak awal tahun ini.
Dwi berharap pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas bisa terlaksana dengan baik pada tahun 2023 mendatang, seiring dengan peningkatan investasi pada sektor hulu migas di Sumatera Bagian Selatan.
Dalam pertemuan itu, SKK Migas mencatat beberapa kesulitan yang dialami oleh para KKKS. Pertama, permasalahan pembebasan lahan; lalu kedua tentang perizinan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berkaitan analisis dampak lingkungan (Amdal), upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL).
"Kami sudah berjanji kepada mereka bahwa nanti SKK Migas akan menyiapkan seluruh list mana-mana yang memang butuh percepatan kegiatan UKL-UPL ini dan kami akan menghadap Menteri LHK, sehingga mendapatkan spot yang lebih baik bagaimana untuk supaya mempercepat proses Amdal dan UKL-UPL," ujar Dwi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa harga gas bumi global masih akan tinggi setidaknya selama empat tahun ke depan lantaran konflik geopolitik antara Rusia dengan Ukraina belum ada tanda-tanda mereda. Bahkan, negara-negara di Eropa saat ini sedang menyiapkan ladang-ladang baru untuk bisa menyuplai kebutuhan gas bumi mereka.
Menurut Dwi, Indonesia juga punya potensi gas bumi yang dapat dijadikan peluang tetapi tidak bisa segera lantaran untuk mengambil satu wilayah kerja butuh waktu empat sampai lima tahun.
"Kami berharap (gas bumi) betul-betul secepatnya bisa kita kembangkan," pungkasnya.