Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menjelaskan tugas pokok kapal perang Republik Indonesia (KRI) teranyar TNI AL, KRI Bung Karno-369, untuk peperangan permukaan dan peperangan antiserangan udara.
“Kapal ini nanti akan dilengkapi sesuai dengan fungsi, asasi dari korvet itu sendiri, tetapi tugas pokoknya lebih ke arah peperangan permukaan dan peperangan antiudara. Jadi, nanti dilengkapi dengan peluru kendali, baik surface-to-surface missile untuk antipermukaan kemudian meriamnya juga diganti dengan kaliber yang lebih besar dan dilengkapi dengan surface-to-air missile untuk antiudara,” kata Muhammad Ali saat jumpa pers selepas acara peresmian KRI Bung Karno-369 di Dermaga Mako Kolinlamil, Jakarta, Kamis.
Beberapa tipe senjata yang akan memperkuat KRI Bung Karno-369, di antaranya satu Meriam Leonardo 40 mm, dua senapan mesin berat 20 mm, dan dua peluncur rudal permukaan ke udara, torpedo, dan sonar.
KRI itu juga akan dilengkapi dengan perangkat untuk membawa helikopter Panther, dan helideck — tempat
mendarat helikopter — yang mirip seperti di KRI Bung Tomo-357.
Kepala Staf TNI AL pada kesempatan yang sama menyampaikan dia juga mempertimbangkan perlunya melengkapi persenjataan KRI Bung Karno-369 untuk ancaman serangan di bawah permukaan air.
“Nanti kami lihat peruntukkannya, apakah memang perlu, karena beberapa tugas korvet yang spesifik untuk hanya peperangan antikapal permukaan, dan antiudara saja, dan ada khusus untuk multi-purpose sampai dengan peperangan antikapal selam,” kata Laksamana Ali.
Dalam sesi jumpa pers yang sama, Kasal menambahkan KRI Bung Karno-369 juga diperkuat dengan sistem komunikasi yang lengkap.
“Sistem komunikasi pasti akan dilengkapi PIT (Pusat Informasi Tempur), juga akan dilengkapi, lengkap selain sensor, peralatan navigasi, komunikasi lengkap termasuk komsat (komunikasi satelit), dan VSAT. Jadi, dia bisa berhubungan dengan semua, baik itu dengan pesawat, dengan kapal, maupun dengan kapal selam,” kata Kepala Staf TNI AL.
Dia juga menyebut KRI Bung Karno-369, yang diresmikan oleh Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, ditugaskan untuk memperkuat Komando Armada I yang bermarkas di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Namun, selama masa damai, KRI itu juga digunakan sebagai kapal kepresidenan.
“Dalam kondisi damai, ini lebih diperuntukkan untuk kapal kepresidenan, tetapi apabila situasi mendesak, bisa saja digunakan untuk keperluan kombatan, full mission untuk tempur,” kata Kasal.
KRI Bung Karno-369 merupakan kapal perang yang dibuat di Batam, Kepulauan Riau, oleh perusahaan dalam negeri PT Karimun Anugrah Sejati. Proses pembuatan kapal menghabiskan waktu selama 1 tahun, terhitung sejak masa pemesanan pada 21 Juni 2022.
Dalam masa pembuatan selama 12 bulan itu, produsen kapal tidak hanya mampu membuat KRI, tetapi juga merampungkan uji sea acceptance test (SAT), harbour acceptance test (HAT), FFBNW (fit for but not with), sampai delivery (pengiriman) dari galangan kapal di Batam menuju Jakarta.
KRI Bung Karno, yang panjangnya 73 meter, lebar 12 meter, dan tinggi 5 meter, memiliki bobot 650 ton. Kapal perang itu, yang diawaki oleh 55 personel, mampu berlayar dengan kecepatan 22 knot, sampai kecepatan maksimalnya 24 knot.