Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan dan Daerah Terluar, Billy Mambrasar menyatakan bahwa sebelum diberi amanah Presiden Joko Widodo untuk jabatan itu, putra kelahiran Tanah Papua itu adalah adalah pegiat pendidikan, khususnya non-formal.
Yayasan itu berfokus kepada life-skill dan literasi yang hingga saat ini sudah menjangkau 5.000 anak tiap tahunnya. Billy berbagi pengalaman pada kegiatan acara Kemitraan untuk Pembelajaran dengan tema "Bahu Membahu Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa" di Jakarta, Selasa (29/8/ 2023).
Kegiatan itu diselenggarakan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebuah program kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia.
Kegiatan itu, menurut Manajer Komunikasi INOVASI, Erix Hutasoit, bertujuan untuk mendorong keberlanjutan kemitraan antara pemerintah daerah (pemda) dengan berbagai lembaga non-pemerintah, seperti universitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi masyarakat (ormas) guna meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memfasilitasi kerja sama antara pemerintah daerah dengan lembaga non-pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam bidang literasi, numerasi, dan inklusi melalui mekanisme hibah.
Mulai dari fase I (2016-2020) hingga fase II (2020-2023), sebanyak 40 organisasi non-pemerintah telah terlibat dalam pelaksanaan program hibah ini.
Program-program tersebut telah dijalankan di empat provinsi mitra, yaitu Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan Utara (Kaltara).
Kolaborasi tersebut, hasilnya telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan di masing-masing daerah.
Lebih dari sekadar menyebarkan praktik dan dampak positif dari program yang dijalankan oleh mitra, kegiatan itu juga berfungsi sebagai ajang untuk memperluas jaringan serta membangun hubungan antara para pemangku kepentingan yang memiliki perhatian dalam dunia pendidikan.
Dalam kapasitasnya sebagai Staf Khusus Presiden RI bidang Pendidikan, Billy Mambrasar menyatakan bahwa banyak pendekatan yang dilakukan yang bisa dipraktikkan lebih luas ke berbagai daerah.
Program ini masuk ke dalam rekomendasi kebijakan pendidikan yang Billy sampaikan untuk Presiden Jokowi.
Praktik baik
Sejumlah indikator pencapaian positif telah dicapai dalam program ini, seperti disampaikan mitra kerja sama.
Terdapat total 19 mitra yang aktif berpartisipasi dalam acara Kemitraan untuk Pembelajaran ini, termasuk Dikdasmen Muhammadiyah, Litara, Taman Bacaan Pelangi, Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI), Yayasan Tunas Aksara, Universitas Borneo Tarakan, Universitas Mataram, IAI Hamzanwadi NW Lombok Timur, Universitas Muhammadiyah Malang, STKIP Taman Siswa Bima, Sulinama, Unair, Sekolah Abdi Kasih Bangsa, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), STKIP Paracendikia, Universitas Hamzanwadi, STKIP Citra Bakti, Bookbot, ACER.
Salah satu mitra, Yayasan Sulinama, telah berhasil bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo, NTT, untuk menerapkan program transisi bahasa ibu ke bahasa Indonesia.
Program ini diarahkan untuk membantu guru dalam menilai kemampuan membaca siswa serta merancang materi pembelajaran berbasis bahasa ibu.
Keberhasilan program transisi bahasa ibu ini terbukti dari peningkatan kemampuan membaca di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan kelas awal secara signifikan.
Sebanyak 251 siswa PAUD dari 10 sekolah di Kabupaten Nagekeo menjadi lebih siap untuk naik ke jenjang SD.
Sementara kemampuan membaca dari sekitar 768 siswa kelas awal dari 10 SD meningkat di setiap kategori, seperti mengenal huruf, membaca lancar dan membaca pemahaman hingga hampir 100 persen.
Penggunaan pendekatan ini juga berhasil membawa hampir 70 persen siswa mampu menulis.
Sementara itu, mitra lainnya, yakni Umsida, Jatim, turut serta dalam upaya mendukung kesetaraan gender. Salah satu usahanya adalah menciptakan program Sekolah Dasar Responsif Gender (SDRG) dengan menyediakan pembalut dan tempat sampah tertutup di toilet khusus siswa perempuan, membuat siswa laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab dalam piket kelas.
Selain itu, Umsida juga telah berhasil meningkatkan kompetensi edukatif dengan menggelar pelatihan bagi guru dan kepala sekolah guna meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan pandangan terhadap pendekatan responsif gender.
Hasilnya, pengetahuan peserta pelatihan, baik laki-laki maupun perempuan, mengalami kenaikan sebesar 16,67 poin setelah pelatihan.
Para peserta pelatihan melaporkan bahwa mereka merasa lebih berpengetahuan dan memahami konsep tersebut setelah mengikuti modul SDRG.
Direktur Guru Pendidikan Dasar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dr Rachmadi Widdiharto, MA mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Pemerintah Australia di sektor pendidikan itu.
Ia menekankan pentingnya kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung proses transformasi pembelajaran di Indonesia.
"Semangat dan praktik baik gotong royong yang ditunjukkan dalam kegiatan Kemitraan untuk Pembelajaran ini perlu untuk terus dilanjutkan," katanya.
Karena itu, ia meminta pemerintah daerah dapat terus melanjutkan kerja sama dengan mitra pembangunan lokal untuk mencapai target-target pembangunan daerah.
Selain itu, juga meminta para mitra potensial, seperti pihak swasta, lembaga filantropi, dan pihak-pihak lain dapat menggunakan proof of concept atau praktik baik yang dipaparkan pada kegiatan itu.
Praktik baik ini menjadi modal kita bersama untuk membangun pendidikan berkualitas di seluruh penjuru Indonesia.
Kepala Subdirektorat Bina GTK Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan dari Kementerian Agama (Kemenag) Dr Anis Masykhur, S.Ag, MA juga memberikan tanggapan positif.
Ia menyatakan bahwa pengalaman dari praktik baik program yang telah dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan, terutama di madrasah, dapat menjadi masukan bagi kebijakan dan implementasi program yang dikembangkan oleh Kemenag, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Kesinambungan
Direktur Program INOVASI, Mark Heyward, Ph.D mengatakan bahwa Fase II program itu akan segera selesai.
Namun, meskipun Program INOVASI Fase II akan berakhir, upaya keberlanjutan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat diteruskan lembaga mitra dan pemerintah daerah.
Manajer Unit Pendidikan Dasar di Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta Nikolasia Budiman menambahkan bahwa terkait dengan kesinambungan, ada pesan penting tentang esensialnya kolaborasi dan kemitraan dalam menjaga pembangunan berkelanjutan serta meningkatkan hasil belajar.
Melalui forum ini, diharapkan semangat kemitraan yang terjalin dapat terus mendorong Indonesia maju.
Perwakilan pemerintah, mitra pembangunan, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil yang hadir saat ini memiliki peran strategis dalam mempertahankan semangat gotong royong guna meningkatkan kualitas pendidikan anak Indonesia.
Para mitra kemitraan ini telah memberi testimoni bahwa program-program yang telah dilaksanakan berjalan baik, termasuk dampak dan perubahan yang telah dicapai.
Kini, dengan capaian nyata yang ada, kesinambungan program tersebut agaknya perlu terus dijaga, sehingga kualitas pendidikan yang baik semakin meluas di berbagai penjuru Tanah Air.