Jakarta (ANTARA) - Senyum terukir di wajah Fitriyanti (38) usai menerima karung berisi beras lima kilogram pada akhir Februari 2024 lalu. Warga Kalipasir, Jakarta Pusat, itu mengaku bahagia setelah kesulitan menemukan beras di toko retail dalam beberapa waktu terakhir.
Kala itu, beras sempat mengalami kelangkaan di toko retail dan harganya pun mengalami kenaikan di pasaran. Beruntungnya, Fitriyanti mendapat informasi adanya gerakan pangan murah, sehingga dengan mudah dia dapat membeli beras stabilitasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dengan harga terjangkau.
“Adanya gerakan pangan murah ini sangat membantu masyarakat, apalagi saat harga beras naik,” kata Fitriyanti.
Saat itu, beras SPHP yang dikemas dalam kemasan lima kilogram itu dijual dengan harga Rp55.000 per karungnya. Jauh lebih murah dibandingkan beras kemasan sejenis yang dijual pada angka Rp70.000 per lima kilogram.
Fitriyanti yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga itu, mengaku tak mempermasalahkan kenaikan harga beras. Menurutnya yang terpenting adalah tersedianya pasokan beras di pasaran. Maka tak heran, ia selalu menanti adanya program dari Bulog tersebut.
Selain mendapatkan beras, Fitriyanti juga mendapatkan bahan pangan lain seperti gula dan minyak dengan harga terjangkau. Kemudahan itu tak hanya dirasakan Fitriyanti sendiri, sebagian masyarakat mengaku tak terlalu mempermasalahkan kenaikan harga pangan asalkan tersedia di pasaran.
Salah satu penyebab kenaikan harga beras pada saat itu, disebabkan karena berkurangnya produksi akibat perubahan iklim yang ekstrem yang mengakibatkan gagal panen. Namun kondisi itu dapat diatasi dengan bantuan pangan dan gerakan pangan murah yang dilakukan pemerintah pada masyarakat.
Hingga Agustus 2024, BUMN yang bergerak bidang pangan Perum Bulog telah menyalurkan sebanyak 1 juta ton beras SPHP pada masyarakat. Beras SPHP berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) yang disalurkan pada masyarakat melalui skema subsidi dengan harga penjualan sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan penyaluran beras SPHP merupakan upaya untuk menjaga ketersediaan komoditas di sejumlah ritel modern dan kios, serta menjaga stabilisasi harga agar bisa dijangkau masyarakat.
“Program SPHP merupakan upaya pemerintah dalam menstabilkan harga beras di pasaran agar tetap terjangkau oleh masyarakat luas serta memastikan pasokan tetap tersedia, terutama saat kelangkaan beras ditengah produksi yang menurun,” kata Bayu.
Pendistribusian beras SPHP pada 2024 dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk curah maupun kemasan 5 kg, dengan harga untuk Zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi Rp10.900 per kg. Selanjutnya, untuk Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan Rp11.500 per kg; dan Zona 3 meliputi Maluku dan Papua Rp11.800 per kg.
Bulog telah menyelenggarakan lebih dari 1.000 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) dengan mengunjungi area pemukiman padat penduduk, seperti rumah susun, kantor kelurahan, dan kantor kecamatan sepanjang Januari hingga Agustus 2024.
Sepanjang usia Bulog yang memasuki usia 57 tahun, Bulog memiliki 1.500 gudang dengan 26 kantor wilayah dan 136 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu juga terdapat 19.000 mitra yang bekerja sama dengan Bulog memasok pangan pada masyarakat.
“Kami terus berupaya menyeimbangkan pelayanan yang ditugaskan pemerintah pada masyarakat. Di sisi lain, juga melakukan pelayanan pada masyarakat melalui kegiatan bisnis dan komersial. Hal itu harus berjalan beriringan.”
Kerawanan pangan
Permasalahan pangan dapat menjadi persoalan serius ke depannya. Laporan dari Global Report on Food Crisis (GRFC) menyebutkan hampir 282 juta penduduk dunia di 59 negara atau 21,5 persen dari populasi harus menghadapi tingkat kerawanan pangan akut pada 2023. Jumlah ini bertambah 24 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Indonesia pun tak lepas dari ancaman kerawanan pangan. Jumlah penduduk Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, yakni sebanyak 281,6 juta. Diperkirakan pada 2045 akan meningkat menjadi 324 juta jiwa. Di sisi lain, pada 2023 BPS mencatat bahwa produksi padi mengalami penurunan sebesar 1,12 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Luas area panen padi juga mengalami penurunan sebesar 256.000 hektar dibandingkan tahun sebelumnya.
Realitas itu diperparah dengan adanya guncangan lainnya pada sektor pertanian, mulai perubahan iklim, COVID-19, degradasi sumber daya alam, bencana alam, konflik manusia dan juga kebijakan. Tantangan lainnya, menurunnya kemampuan dan daya dukung alam serta lingkungan.
Menanggapi tantangan pangan itu, Bayu mengatakan pihaknya memiliki tiga langkah besar yang dilakukan oleh Bulog yakni stabilisasi pangan dari sisi pengadaan, dengan berkolaborasi dengan banyak pihak dalam pengadaan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan.
Langkah kedua yakni menjaga stok pangan di gudang-gudang di seluruh Indonesia dengan jumlah yang tidak boleh kurang dari 1,2 juta ton. Langkah ketiga adalah menjaga penyalurannya, yang dimulai dari bantuan pangan untuk 22 juta keluarga yang membutuhkan.
“Juga penyaluran ke retail modern, ke pasar tradisional, ke warung-warung untuk memastikan beras-beras tersedia di sana. Di sisi lain, kami juga menjual beras dan produk-produk komersial yang diperuntukkan lebih dari 2,5 juta konsumen kelas menengah yang membutuhkan beras dengan harga terjangkau,” kata guru besar IPB University itu menjelaskan.
Dari sisi perusahaan, juga melakukan transformasi dari perusahaan logistik menjadi pemimpin rantai pasok pangan dari hulu ke hilir yang ditandai pada transformasi ketiga yang dilakukan Bulog pada 2024 atau pada peringatan ulang tahun ke-57 perusahaan itu. Transformasi itu juga ditandai dengan peluncuran logo baru.
Jika sebelumnya perusahaan fokus pada bagian hulu, kini Bulog tak hanya fokus pada petani dan pengadaan, tetapi juga masuk ke retail. Perubahan tersebut sebagai inti transformasi.
Pada bagian hulu, petani dibantu untuk dapat mengatasi dan mencari solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada. Sehingga diharapkan dapat menaikkan produktivitas, yang pada akhirnya akan bahan baku bagi Bulog dan dibeli dengan harga yang bersaing.
Sedangkan pada bagian hilir, Bulog berupaya untuk dapat menjangkau konsumen secara lebih luas, dengan masuk ke retail dan menjadi pemain yang dapat diperhitungkan dalam penyaluran dan pendistribusian pangan. Meski tak mudah untuk melakukan transformasi, namun Bayu percaya Bulog dapat menjadi perusahaan BUMN yang modern, efisien, terpercaya dan juga adaptif.
“Pemahaman itu yang harus dipahami bersama, sehingga Bulog dapat semakin bermanfaat bagi masyarakat dan bisa menghantarkan kebaikan yang lebih besar lagi,” harap Bayu.
Melalui transformasi lembaga tersebut, diharapkan dapat mengantar lebih banyak kebaikan sehingga dapat mengukir senyuman, tak hanya pada wajah Fitriyanti tapi masyarakat Indonesia pada umumnya.