Jambi (ANTARA Jambi) - Bentrokan antarwarga terjadi Desa Batu Putih, Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun, Jambi, yang mengakibatkan 26 pondok yang berada di lahan PT DIPP hangus dibakar massa.
Bentrokan dipicu oleh perebutan lahan antarwarga di PT DIPP yang sudah tidak beroperasi.
Kapolsek Singkut AKP A Lubis, saat dihubungi, Minggu mengatakan, kejadian pembakaran pondok di lahan PT Duta Inti Plasma Perkasa (DIPP) dilakukan warga pada Sabtu (8/2), namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Alasan pembakaran dilakukan warga Singkut itu karena mereka mengklaim lahan yang selama ini digarap oleh para pendatang yang berada di eks perkebunan PT DIPP merupakan hak warga transmigrasi.
Pondok yang dibakar warga tersebut adalah pondok yang didirikan oleh warga pengarap atau pendatang yang barasal dari Desa Pantai dan Desa Rantau Kadam Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan.
Sementara itu informasi yang didapatkan di lokasi kejadian, warga yang melakukan pembakaran pondok tersebut berjumlah 120 orang dari beberapa desa dan berada di bawah naungan Koperasi Harapan Abadi yang sudah lama mengetahui tanah mereka yang diserahkan ke PT DIPP digarap pendatang.
Karena selama ini tidak bisa dihentikan, akhirnya emosi warga memuncak dan mengambil tindakan sendiri.
Pada saat dilakukan pembakaran, pondok tersebut dalam keadaan kosong, karena para penghuninya yang merupakan warga penggarap diduga sudah mengetahui kedatangan warga yang hendak membakar dan mereka mengungsi.
Selain pondok yang terbakar, warga juga menemukan satu unit sepeda motor jenis Yamaha Jupiter Z, satu unit senpi rakitan dan juga tiga butir amunisi tajam kaliber 9 mm.
Sementara itu salah satu warga mengatakan, aksi tersebut didasari atas klaim kepemilikan lahan milik warga yang digarap PT DIPP, bahkan lahan yang selama ini digarap oleh penggarap sudah berubah menjadi tanaman karet dan juga palawija.
"Konflik ini sudah satu tahun lamanya terjadi dan lahan yang selama ini digarap PT DIPP tidak bisa kami garap tetapi malah digarap oleh para pendatang atau penggarap yang datang dari luar Kabupaten Sarolangun, tentu saja kami tidak menerimanya karena itu hak kami," katanya.
Warga transmigrasi ini mengaku sering mendapatkan teror dari warga pengarap, setiap kali mereka mau ke kebun selalu diusir dan diancam serta ditakuti dengan senpi.
Warga sangat berharap agar pemerintah segera merespon kejadian yang bias berakibat pada tindakan anarkis, sebab warga
hanya mempertahankan haknya.
"Sejauh ini aksi warga dikawal dan kita juga mengamankan
barang milik warga yang pondoknya terbakar ke Polsek Singkut hingga kini kondisi desa Batu Putih aman dan kondusif," kata Kapolsek.(Ant)