Jakarta (ANTARA) - Badan Rehabilitasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggandeng pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta masyarakat untuk bersinergi dan kolaborasi dalam program rehabilitasi mangrove.
Kepala BRGM Hartono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu menyatakan sinergi dan kolaborasi program rehabilitasi mangrove dengan pemda, LSM dan masyarakat penting dilakukan.
"(Rehabilitasi mangrove) Ini tugas kita bersama." ujarnya roadshow dan diskusi dengan kelompok tani di Kota Dumai, Riau yang dihadiri Kepala Dinas LHK Prov. Riau, Sekretaris Daerah Kota Dumai.
Baca juga: Rehabilitasi mangrove secara padat karya percepat pemulihan ekonomi
Provinsi Riau, tambahnya, menjadi salah satu area target rehabilitasi mangrove BRGM dengan luas area 155.540 hektar dari total 600 ribu hektar target rehabilitasi mangrove hingga tahun 2024.
Oleh karena itu, BRGM berusaha mendorong dan memotivasi masyarakat yang sudah memiliki kepedulian untuk turut bekerjasama dalam upaya melestarikan mangrove dan menyelamatkan pulau-pulau yang terkena dampak abrasi air laut.
Senada dengan itu Direktur Pengendalian Kerusakan Perairan Darat KLHK, Sri Handayaningsih menyatakan, pemulihan ekosistem mangrove, membutuhkan komitmen dari berbagai pihak, tidak hanya mengandalkan sektor pemerintah, tapi kami juga mendorong sektor non pemerintah untuk dapat terlibat.
Ketua Pengelola Wisata Hutan Bandar Bakau Kota Dumai Datuk Darwis mengatakan mangrove memainkan peranan penting dalam pengendalian iklim dunia, sebagai ekosistem pesisir yang menyimpan karbon lebih besar dari hutan daratan.
Baca juga: BRGM rehabilitasi 16.319 hektare mangrove di Bangka Belitung
Selain itu, bila mangrove lestari maka kesejahteraan masyarakat pun akan dapat meningkat.
Oleh karena itu, menurut dia, pekerjaan merehabilitasi mangrove menjadi hal yang sangat penting untuk dikerjakan semua pihak.
“Target saya tiap penyelamat mangrove bisa mandiri dan sejahtera.” katanya.
Datuk Darwia merupakan seorang pejuang konservasi hutan mangrove yang telah 22 tahun mengabdikan diri untuk melestarikan mangrove di Provinsi Riau dan berhasil membuat kawasan mangrove menjadi salah satu alternatif wisata di Kota Dumai.
Tak hanya menanam dan merawat hutan mangrove, Datuk Darwis turun tangan membangun dan mengajar para kelompok tani hutan untuk dapat menanam mangrove dengan baik dan benar.
Menurutnya menanam mangrove tak seharusnya hanya menjadi sarana pelestarian lingkungan, melainkan juga menjadi pelestarian budaya yang penting untuk dijaga keberlangsungannya.
“Pelestarian mangrove dan lingkungan seharusnya dikerjakan semua orang,” tambahnya pada saat berdiskusi dengan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di Kelurahan Basilam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, Provinsi Riau.