New York (ANTARA) - Harga minyak mentah naik untuk hari kedua beruntun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), rebound dari kerugian baru-baru ini karena dolar AS mundur dari puncak tertinggi baru 20 tahun dan angka persediaan bahan bakar AS menunjukkan penarikan yang lebih besar dari perkiraan serta peningkatan permintaan konsumen.
Para analis mengatakan harga minyak, yang turun lebih dari 22 persen selama kuartal ketiga, mungkin mencapai titik terendah karena permintaan China menunjukkan tanda-tanda rebound dan penjualan cadangan strategis AS mendekati penutupan.
"Saya pikir kita berada di posisi terbawah, tetapi akan terus sangat fluktuatif, dan terus menjauhkan uang spekulatif dari pasar ini," kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth US.
Angka persediaan AS menunjukkan permintaan konsumen rebound, meskipun produk penyulingan yang dipasok tetap 3,0 persen lebih rendah selama empat minggu terakhir dibandingkan periode tahun lalu.
Stok minyak mentah AS turun 215.000 barel dalam minggu terakhir, sementara persediaan bensin turun 2,4 juta barel dan persediaan sulingan sebesar 2,9 juta barel, karena aktivitas penyulingan menurun menyusul beberapa pemadaman.
Aktivitas penyulingan menurun, tetapi penyulingan masih berjalan pada 90,6 persen dari keseluruhan kapasitas di Amerika Serikat, tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2014, baik untuk permintaan domestik maupun ekspor.
Dolar mencapai puncak baru dua dekade terhadap sekeranjang mata uang pada Rabu (28/9/2022) sebelum mundur kembali. Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Pada sore hari, indeks dolar turun 0,9 persen.
"Ini semua adalah reli yang didorong oleh dolar secara keseluruhan," kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. "Semua bahan mentah yang didenominasi mata uang itu naik - minyak mentah tidak hanya bergerak dalam isolasi di sini."
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak 2023 pada Selasa (27/9/2022) karena ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang lebih kuat, tetapi mengatakan kekecewaan pasokan global hanya memperkuat prospek bullish jangka panjangnya.
Ekuitas global ditarik keluar dari posisi terendah dua tahun pada Rabu (28/9/2022), setelah bank sentral Inggris mengatakan akan masuk ke pasar obligasi untuk membendung kenaikan yang merusak dalam biaya pinjaman, meredam kekhawatiran investor akan penularan di seluruh sistem keuangan.