Jambi (ANTARA) - Gubernur Al Haris khawatir kenaikan tarif ojek online berdampak terhadap berkurangnya minat masyarakat Provinsi Jambi menggunakan moda transportasi berbasis aplikasi tersebut.
"Konsekwensinya pasti ada, kalau naik tarifnya semoga tidak membenahi masyarakat, karena kalau tarifnya naik dan masyarakat merasa dibebani saya khawatir penumpangnya berkurang hal itu menjadi persoalan," kata Gubernur Jambi Al Haris di Kota Jambi, Selasa.
Ia mengatakan, kebijakan perubahan tarif memiliki dampak positif dan negative, satu sisi tentu bisa menambah pendapatan bagi masyarakat yang bekerja di sektor itu.
Sedangkan disisi lain, ketika tarif naik dipastikan masyarakat merasa terbebani sehingga mereka akan berpikir ulang menggunakan atau memesan ojek online untuk keperluan transportasi dan jasa pengiriman barang dan makanan.
Di Kota Jambi, menurut dia, penggunaan ojek online tergolong cukup tinggi. Iklim usaha tersebut harus dipertahankan jangan sampai pelaku usaha dan masyarakat merasa dirugikan dengan kebijakan yang tengah dibahas oleh pemerintah pusat.
"Bisa saja orang tidak mau naik ojek online, tetapi semuanya kembali kepada masyarakat yang menggunakan aplikasi itu," katanya.
Sebelumnya Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Kemenhub) Aan Suhanan mengatakan kajian terkait kenaikan tarif ojek daring/online (ojol) sebesar 8-15 persen sudah memasuki tahapan final.
Finalisasi kenaikan tarif tersebut, dibuat berdasarkan kajian mendalam dan terus-menerus. Nantinya, kenaikan tarif akan bervariasi, tergantung zona masing-masing pengguna.
Terkait kapan kenaikan tarif itu diputuskan, Aan mengatakan masih akan melakukan beberapa tahapan kajian lagi, sebelum akhirnya melakukan sosialisasi kepada perusahaan penyedia jasa berbasis aplikasi (aplikator) ojol.
Kemenhub tengah melakukan kajian terkait tuntutan mitra pengemudi ojol untuk memotong biaya dari aplikasi sebesar 10 persen.
