Jambi (ANTARA) - WWF Indonesia mengapresiasi komitmen salah satu bank swasta yang telah berperan aktif melestarikan lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) di Kabuaten Tebo, Provinsi Jambi.
"Permata Bank saat ini berperan aktif dalam pelestarian lanskap Bukit Tigapuluh dan kerjasama ini bukan hanya memperkuat lanskap yang aman bagi gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus), tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat," kata Chief Executive Officer, WWF-Indonesia, Aditya Buyunanda, dalam keterangan resminya diterima Senin.
"Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi inspirasi bagi berbagai pihak dan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam konservasi alam Indonesia,” sebutnya.
Bentuk peran aktifnya bank swasta itu melalui adanya film dokumenter berbagi untuk Taman Nasional Bukit Tigapuluh dapat diakses oleh publik melalui kanal YouTube Permata Bank sejak 13 Agustus 2025 dimana pada dokumenter ini, Chicco Jerikho, seorang aktor yang sangat peduli dengan isu gajah, akan mengajak penonton mengeksplorasi tantangan fenomena alam dan interaksi negatif antara manusia dan gajah sehingga saling mempersempit ruang hidup satwa liar dan manusia.
Dokumenter ini juga menyoroti upaya konservasi untuk melindungi kelangsungan hidup gajah Sumatera yang berstatus kritis ini dan seringkali disebut sebagai Datuk Gedang oleh warga setempat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar secara berkelanjutan.
“Saya merasa punya tanggung jawab moral untuk menyuarakan kondisi satwa liar di Indonesia, khususnya gajah Sumatera yang populasinya kritis dan dengan hadirnya cerita ini ke layar, harapannya lebih banyak masyarakat yang paham bahwa pelestarian alam merupakan tanggung jawab kita bersama," kata Aditya.
Bangga sekali bisa bekerja sama dengan Permata Bank dan WWF-Indonesia dalam menyuarakan pesan ini, sekaligus mengajak masyarakat belajar berbagi ruang, karena hutan bukan hanya milik manusia tapi rumah bagi makhluk hidup lainnya.
Apresiasinya WWF-Indonesia, KITE Entertainment, para narasumber, komunitas lokal, tim produksi, dan Employee Volunteers (EVO) Permata Bank. Semoga film dokumenter ini menjadi kontribusi positif dalam meningkatkan kesadaran publik serta mendorong sinergi berkelanjutan demi pelestarian alam dan ekosistem yang ingin kita jaga bersama.
Program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif dengan hati untuk Bukit Tigapuluh yang dimulai sejak Agustus 2024 bersama WWF-Indonesia dengan berpedoman pada 3 pilar Permata Hati – Education, Empowerment, Enhancement.
Permata Bank selain berfokus pada pelestarian habitat gajah Sumatera juga membuat program melalui upaya reforestasi dengan penanaman 3.600 bibit pohon, peningkatan kualitas perekonomian masyarakat melalui pembuatan 27 kotak sarang lebah untuk menghasilkan madu, hingga renovasi fasilitas pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi anak-anak suku Talang Mamak.
Kemudian juga perbaikan ruang belajar, pembangunan perpustakaan, aula serbaguna, dan fasilitas sanitasi di SDN 167-VIII Dusun Simerantihan, di 2025, Permata Bank bersama WWF-Indonesia juga meluncurkan program Adopt a Tree, yang membuka peluang bagi PermataBankers dan masyarakat untuk mengadopsi bibit pohon sebagai bagian dari upaya reforestasi di Bukit Tigapuluh.
Sementara itu Chief of Corporate Affairs and Sustainability Permata Bank mengatakan Katharine Grace, mengatakan sebagai institusi keuangan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan, Permata Bank percaya bahwa pelestarian lingkungan hanya dapat terwujud dengan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, termasuk korporasi dan masyarakat.
Melalui Film Dokumenter Berbagi Ruang untuk Bukit Tigapuluh, kami mengajak berbagai pihak dan lapisan masyarakat untuk turut berperan aktif menjaga kelestarian habitat Gajah Sumatra dan mencegah populasinya kritis. Dengan kolaborasi bersama, kita dapat mendukung upaya hidup yang harmonis dan sejahtera antara manusia dan satwa liar.
Gajah Sumatra termasuk salah satu spesies yang memiliki status kritis menurut daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), dengan wilayah penyebaran di berbagai kantong hutan Sumatra, mulai dari Aceh, Riau, Jambi, hingga Lampung.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 mencatat populasi gajah antara 924 hingga 1.359 individu di 22 lokasi jelajah Gajah. Populasi gajah terpaksa bersinggungan dengan warga lantaran tempat hidupnya mengalami alih fungsi.
Pembangunan wilayah sudah seharusnya mengedepankan konsep berkelanjutan, dengan membagi ruang antara gajah dan warga setempat. Dengan demikian, setiap penghuni ruang alam dapat menjaga keberlangsungan rantai kehidupan secara harmonis. Pola percontohan seperti ini sudah terimplementasi di lanskap Bukit Tigapuluh, Jambi.
