Jakarta (ANTARA Jambi) - Penanaman investasi di kawasan transmigrasi semakin meningkat setiap tahun hingga mencapai Rp9,5 triliun pada 2013.
"Kami harapkan kawasan-kawasan transmigrasi dapat tumbuh dan berkembang dalam waktu yang relatif singkat," kata Menakertrans Muhaimin Iskandar di Jakarta, Minggu
Oleh karena itu, selain menggunakan anggaran pemerintah, penyelenggaraan transmigrasi perlu dilakukan dengan pendekatan partisipatif dengan melibatkan badan usaha/investor dan masyarakat.
Peningkatan investasi di kawasan transmigrasi dapat membantu mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menyerap peluang kerja bagi transmigran dan masyarakat sekitar.
Keterlibatan investor yang menanamkan modalnya di kawasan transmigrasi diperlukan karena ada kebutuhan modal yang cukup besar, perlu ada pemanfaatan teknologi, penerapan manajemen dan pemasaran yang baik untuk menggali berbagai potensi sumber daya alam yang terdapat di kawasan-kawasan transmigrasi.
Beberapa jenis usaha yang menjadi primadona untuk dikembangkan para investor di kawasan transmigrasi adalah sektor perkebunan, peternakan, pertanian, wirausaha dan sektor kehutanan berupa Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
Yang paling diminati para investor dalam menanamkan modalnya di kawasan transmigrasi adalah komoditas-komoditas unggulan setempat seperti kelapa sawit, padi, karet, tebu, sisal, rumput laut, dan lain lain.
"Kegiatannya dilakukan melalui pola kemitraan usaha antara transmigran dan penduduk setempat dengan badan usaha negara maupun swasta," kata Muhaimin.
Hingga Maret 2013, tercatat 34 perusahaan yang bekerja sama kemitraan dengan pola inti-plasma dengan transmigran dan masyarakat sekitar melalui mekanisme Izin Pelaksanaan Transmigrasi (IPT) dengan rencana investasi mencapai Rp9,5 triliun.
Selain itu, terdapat 54 perusahaan yang sedang dalam proses permohonan untuk memperoleh IPT, yang tersebar di seluruh kawasan transmigrasi di Indonesia.(Ant)
