Jakarta (ANTARA Jambi) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperkirakan tidak akan ada partai politik yang dominan di Pemilu 9 April mendatang melainkan perolehan suara akan terdistribusi merata di antara partai-partai yang ada.
"Kecuali ada peristiwa yang dramatis pada 1,5 bulan ke depan, 'no single political party' yang akan sangat dominan," katanya pada pertemuan dengan Forum Pemimpin Redaksi di Jakarta, Senin malam.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Chairul Tanjung itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak yakin ada parpol yang mampu menembus 30 persen suara. SBY mengatakan jangan dibayangkan ada parpol mencapai 30 persen, kemudian nomor dua 20 persen, ketiga lima persen.
"'Maybe I am wrong, lihat saja nanti," kata SBY yang menyatakan bacaan dan ramalannya itu didasarkan pada pengalamannya pada dua kali Pemilu 2004 dan 2009.
Menjelang pemilu, katanya, semua bisa terjadi. Ia mencontohkan suara Fauzi Bowo yang tiga bulan sebelum Pilgub DKI mencapai 50 persen bisa dikalahkan Jokowi yang sebelumnya elektabilitasnya cuma 30 persen.
Pada Pilgub Jawa Timur, Pakde Karwo yang incumbent pada tiga bulan sebelum Pilgub sekitar 50 persen. Lawannya Khofifah baru 25 persenan. Dalam waktu tiga bulan Khofifah naik jadi 37 persen dan Pakde Karwo turun menjadi 47 persen.
"Jadi, Dalam 1,5 bulan ini 'anything may happen', terpulang kepada apa yang dilakukan pemimpin politik," lanjut SBY.
SBY juga mengatakan menurut bacaannya sampai saat ini belum ada calon presiden yang sudah aman, meskipun ada capres yang mengaku sudah memiliki 'boarding pass' ke pencapresan. "Sekarang ini sangat belum 'certain' siapa yang akan jadi presiden menggantikan saya nanti " katanya.
SBY mengatakan bahwa masing-masing Capres punya peluang, tapi semuanya belum aman. "Dalam arti bisa mengklaim saya akan terpilih, saya akan menang. Itu belum ada kepastian," ujarnya. (Ant)