Sarolangun (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Perikanan (Diskannak) Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambu menyebutkan ketersediaan hewan kurban untuk kebutuhan Idul Adha mendatang terpenuhi.
Berdasarkan data yang diperolehnya untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban pada 2025 mencukupi, kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Setiadi di Sarolangun, Kamis.
Berdasarkan pendataan petugasnya, ketersediaan hewan kurban yakni sapi 564 ekor, kerbau 300 ekor, kambing 443 ekor dan domba 52 ekor.
“Ada peningkatan permintaan hewan kurban pada 2025 dari tahun sebelumnya hanya 556 ekor untuk sapi, kerbau 243 ekor, kambing 339 ekor dan domba 11 ekor,” jelasnya.
Menjelang lebaran Idul Adha, pihaknya juga melakukan pengawasan di Rumah Potong Hewan (RPH).
Pengecekan terhadap hewan yang akan kurban itu akan dilakukan tiga hari menjelang lebaran.
“Petugas kita yang melakukan itu, setiap hewan kurban akan di cek kesehatannya. Jika dinyatakan sehat baru dilakukan pemotongan,” katanya.
Tidak hanya di RPH, pihaknya juga melakukan pengecekan untuk hewan kurban warga yang akan dilakukan pemotongan.
“Kita juga melakukan pengecekan ke tempat warga yang akan melakukan kurban, ini juga upaya kita agar hewan kurban ini betul-betul sehat dan bebas dari virus. Karena memang daging kurban ini nantinya akan di konsumsi oleh masyarakat sehingga kesehatannya harus terjamin,” tuturnya.
Terkait kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Sarolangun, ia mengungkapkan bahwa kasus itu masih ada, namun masih bisa dikendalikan.
Kasus PMK ini ada sejak tiga tahun yang lalu sehingga menjadi isu nasional. Kabupaten Sarolangun di dukung oleh pemerintah Provinsi Jambi dalam proses pemberian vaksin pada hewan yang terinfeksi penyakit PMK.
“Kita diberikan vaksinnya, kemudian kita juga diberikan target hingga ribuan. Nah selanjutnya nanti petugas kita yang akan turun ke lapangan untuk melakukan vaksin. Vaksin itu dilakukan setiap enam bulan sekali yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarolangun,” ungkapnya.
PMK ini, saat ini bukan lagi menjadi pandemi, sudah menjadi endemi karena akan ada terus hewan ternak yang mengalami PMK.
Upaya tetap dilakukan vaksin untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Untuk kasus insidentil, pihaknya terus menerima laporan dari peternak.
Kemudian tim reaksi cepat yang segara menangani kasus tersebut.
“Petugas inilah nanti yang melakukan pemeriksaan, kadang tidak hanya PMK saja, ada juga yang mengalami penyakit ngorok pada kerbau atau jembrana pada sapi bali,” katanya.
Ia mengakui, ada kendala ketika menangani hewan ternak yang terjangkit penyakit Jembrana di wilayah Kecamatan Hitam.
Pasalnya, peternak sapi bali di wilayah itu ternak dilepas tidak dikandang. Sehingga petugas kesulitan untuk melakukan vaksin.
“Kita agak kesulitan ketika kita mau memberikan vaksin, karena petaninya ternak dilepas. Jadi sulit kita untuk mencari sapi yang masuk ke perkebunan sawit,” ucapnya.
Untuk menghindari tertular virus, pihaknya memiliki satu petugas khusus untuk melakukan pengecekan setiap ada hewan yang masuk ke wilayah Kabupaten Sarolangun.
“Nanti tim dokter hewan yang akan melakukan pengecekan, misalnya hewan ternak yang masuk dari Lampung. Kesehatannya akan di cek, setelah dinyatakan layak baru diperbolehkan untuk masuk wilayah,” katanya.
Untuk antisipasi dininya, pihaknya juga menyosialisasikan kepada petani ternak, agar lebih waspada menerima hewan ternak dari luar.
“Kita sampaikan juga agar petani ini untuk menahan terlebih dahulu hewan ternak tersebut, setelah nanti kita cek kesehatannya baru petani tersebut boleh membawa ternaknya. Kita tahu ternyata hewan tersebut terjangkit virus, sehingga perlu dilakukan pengecekan kesehatan,” tutupnya