Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memaparkan transformasi teknologi kesehatan adalah fondasi penting dalam membangun transformasi sistem kesehatan RI yang bertujuan memperbaiki sistem kesehatan agar lebih kuat, tangguh, dan mandiri dalam menghadapi ancaman kesehatan di masa depan.
"Transformasi teknologi ini penting, karena teknologi itu akan membantu mendukung lima pilar transformasi lainnya," kata Head of Tribe Ekosistem Inovasi Kesehatan, Digital Transformation Office Kemenkes RI Patota Tambunan dalam siniar tentang transformasi teknologi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Patota mengatakan pondasi awal pembangunan transformasi digital kesehatan telah dibentuk dalam cetak biru yang dimulai sejak 2021, berjalan hingga sekarang, dan ditargetkan akan selesai pada 2024 mendatang.
Salah satu bentuk transformasi teknologi kesehatan, kata dia, terdapat pada aplikasi PeduliLindungi yang kini berubah menjadi SATUSEHAT, dimana masyarakat dapat mengakses sejumlah informasi perihal kesehatannya dalam genggaman.
"Tadinya kan masyarakat bisa melihat hasil tes lab-nya, jenis vaksinnya, nah sekarang kita perluas jadi masyarakat bisa mengakses resume medisnya dalam aplikasi SATUSEHAT Mobile," ujarnya.
Lebih lanjut, Patota mengungkapkan fitur unggulan tersebut mempermudah masyarakat untuk dapat mengingat kembali perihal penyakit yang pernah diderita, dimana pasien pernah mendapatkan pelayanan kesehatan, siapa yang menangani, hingga jenis obat yang diberikan.
"Itu salah satu bukti konkret bahwa kita itu memang menggunakan teknologi untuk tujuannya itu, untuk masyarakat. Jadi masyarakat bisa mengakses resume medis dalam genggaman tangannya," ucapnya.
Diketahui, untuk membangun transformasi teknologi kesehatan di Indonesia, Kemenkes bekerja sama dengan sejumlah pihak. Salah satunya adalah Tony Blair Institute untuk membantu menyelaraskan transformasi teknologi kesehatan dengan peta jalan pembangunan nasional dan mempersiapkan masa depan sistem perawatan kesehatan yang lebih sesuai dengan perkembangan tren kesehatan.
Dalam kesempatan tersebut, Manager Digital and Technology, Tony Blair Institute Indonesia Willy Limiady mengungkapkan aspek teknologi dapat membantu Pemerintah RI untuk dapat mengakselerasi sejumlah program, baik yang bersifat strategis maupun program yang langsung melayani masyarakat.
"Kami melihat bahwa dukungan untuk percepatan transformasi teknologi kesehatan, bukan hanya kesehatan dari sisi aspek pelayanan, tapi juga dari sisi aspek kesehatan digital ini perlu didukung 100 persen," ujarnya.
Willy menilai pengalaman Indonesia dalam menjalani pandemi COVID-19 menjadi sebuah modal penting untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat.
Agar upaya transformasi teknologi kesehatan dapat berjalan secara maksimal, ia berharap agar Kemenkes beserta seluruh pemangku kepentingan terkait kesehatan di Indonesia turut mendukung dan mensosialisasikan upaya transformasi teknologi kesehatan yang saat ini tengah digalakkan.