Jakarta (ANTARA) - Penguatan nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan hari ini menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.440 per dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp15.445 per dolar AS, dipengaruhi kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 yang membaik.
Perkembangan tersebut membuat posisi cadangan devisa pada akhir September 2023 tercatat tetap tinggi sebesar 134,9 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Neraca transaksi berjalan membaik ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa yang tetap solid. “Pada kuartal III/2023, transaksi berjalan mencatat defisit 0,9 miliar dolar AS (0,2 persen dari Produk Domestik Bruto), jauh menurun dibandingkan dengan defisit 2,2 miliar dolar AS (0,6 persen dari PDB) pada kuartal sebelumnya,” ucap Ibrahim.
Di samping itu, sentimen kebijakan suku bunga acuan tinggi Amerika Serikat (AS) yang sudah mencapai puncak mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan bahwa data inflasi AS terbaru yang dirilis menurun pada pekan lalu meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga acuan AS takkan bertahan lebih lama lagi. Laju inflasi AS Oktober 2023 melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.
Di sisi lain, ekspektasi pelaku pasar dapat berubah tergantung dari perkembangan data ekonomi AS dan pernyataan petinggi Bank Sentral AS terbaru.
“Dinihari nanti, Bank Sentral AS akan merilis Notulen Rapat bulan November. Pelaku pasar akan mencari indikasi baru soal kebijakan moneter AS ke depan dari notulen tersebut,” ucap Ariston.