Kota Bogor (ANTARA) - Sabtu siang 15 Juni 2024 pukul 13.39 WIB, saat jamaah haji seluruh dunia sedang wukuf di Padang Arafah, saya mendapat kabar dari senior saya di Kantor Berita Antara, Iswahyuni.
Isi kabar bahwa Kang Oe, panggilan akrab wartawan senior Akhmad Kusaeni yang mengakhiri karirnya sebagai Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara 2012-2014, sedang dirawat di ICU RS Harapan Kita, Jakarta, sejak Jumat (14/6), karena sakit jantung. Kang Oe memiliki riwayat sakit jantung dan pada 2018 pernah menjalani operasi bypass jantung.
Dua jam kemudian, tersebar kabar duka melalui layanan pesan singkat dan telepon bahwa Kang Oe telah berpulang ke Sang Khalik, Allah Swt, pada pukul 15.10 WIB. Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Terdiam dan tertunduk duka, kehilangan senior, yang saya anggap sebagai kakak.
Setahun setelah awal saya bergabung di Kantor Berita Antara tahun 1992, setelah lulus Kursus Dasar Pewarta (Susdape) Angkatan IX di Antara, saya selalu berada di bidang yang sama dengan Kang Oe, lulusan Susdape Angkatan V tahun 1988.
Kang Oe saat itu menjadi koordinator liputan di bidang Polhukam, selepas pulang ke Tanah Air usai mengikuti kursus singkat jurnalistik di India tahun 1993.
Kang Oe, kelahiran Rangkasbitung, Banten, 17 Mei 1964, merupakan alumnus Fakultas Hukum UI tahun 1987, banyak memberikan arahan dan penugasan liputan politik dalam negeri dan isu-isu hukum.
Kang Oe kerap memberikan motivasi dan semangat kepada para juniornya untuk selalu memperbarui berita-berita terkini. "Ayo Bud, kirim berita pressklaar, yang banyak dikutip berbagai media," demikian salah satu contoh motivasi yang diberikannya saat rapat-rapat redaksi atau saat menelepon atau mengirim pesan selagi saya di lapangan.
Peristiwa menjelang Sidang Umum MPR termasuk derasnya pemberitaan Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno menjadi calon Wakil Presiden pendamping Presiden Soeharto untuk periode 1993-1998 adalah pemberitaan utama seluruh media massa saat itu hingga Sidang Umum MPR usai, pemerintahan terakhir Soeharto, krisis moneter yang melahirkan Gerakan Reformasi, hingga Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998.
Kang Oe saat reformasi mendapat promosi sebagai Kepala Biro Antara di New York, AS, yang berkantor di Markas Besar PBB. Tahun 2001 Kang Oe kembali ke Tanah Air, mendapat penugasan sebagai Kepala Redaksi Umum, bersama saya kembali yang ketika itu menjadi Koordinator Liputan Polhukam. Situasi politik dalam negeri juga sedang panas-panasnya dengan adanya Sidang Istimewa MPR yang melengserkan Presiden Abdurrahman Wahid. Gus Dur, panggilan akrab Abdurrahman Wahid yang terpilih sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1999, digantikan oleh Wapres Megawati dalam Sidang Istimewa MPR 23 Juli 2001.
Ide-Ide besar
UU Nomor 40 Tahun 1999 mengamanatkan setiap pers harus berbadan hukum. Kantor Berita Antara belum berbentuk badan hukum, meskipun kedudukannya sebagai kantor berita resmi negara. Pilihannya PT, Perum, atau Yayasan, dan Koperasi.
Meskipun wacana pembentukan badan hukum bergulir bertahun-tahun dan berbagai opsi telah digodok, tak mudah bagi Antara untuk memutuskan bersama pemerintah.
Wacana badan hukum Antara melewati periode kepemimpinan Antara semasa Pemimpin Umum Parni Hadi 1998-2001 (dipilih Presiden BJ Habibie dan diberhentikan Presiden Gus Dur) dan Pemimpin Umum Mohammad Sobary 2001-2005 (ditunjuk Presiden Gus Dur dan diberhentikan oleh Presiden SBY).
Sejak 2005, semasa Asro Kamal Rokan menjadi Pemimpin Umum LKBN Antara (dipilih oleh Presiden SBY), Kang Oe yang menjadi Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi, bersama pimpinan lainnya turut menggodok badan hukum yang tepat.
Alhasil, Kantor Berita Antara menjadi Perum dan masuk menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.
Bila sebelumnya Pemimpin Umum LKBN Antara ditunjuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) dan Pemimpin Umum menunjuk Direksi, maka sejak 2007 berubah menjadi jajaran Dewas dan Direksi Antara ditunjuk oleh Menteri BUMN. Akhmad Mukhlis Yusuf ditunjuk sebagai Dirut pertama sejak 2007-2012. Ia digantikan oleh Saiful Hadi yang sebelumnya Direktur Pemberitaan.
Saiful Hadi menjadi Dirut 2012-2016 dan Kang Oe menjadi Direktur Pemberitaan per 23 Oktober 2012.
Kang Oe pun memenuhi cita-citanya sebagai wartawan yakni menjadi Pemimpin Redaksi, setelah tujuh tahun sebelumnya menjadi Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi/Kepala Divisi Pemberitaan Umum.
Kang Oe pun menjadi "pilot in command" dalam Direktorat Pemberitaan Perum LKBN Antara.
Sebagai pilot pemberitaan Kantor Berita Nasional yang berdiri sejak 13 Desember 1937, Kang Oe menggulirkan ide dan tekad membawa redaksi mencapai tujuan industri media sebagaimana motto: "Fear God, Tell Truth, and Make Money."
Kang Oe, lulusan pascasarjana S-2 dari Ateneo de Manila University, Filipina, mengajak setiap awak redaksi hanya takut pada Tuhan, membuat berita yang bagus dengan menyampaikan kebenaran, dan menghasilkan uang.
Penulis sejumlah buku seperti "Kerikil dalam Sepatu - Diplomasi Penyelesaian Kasus Timtim di PBB", "Wartawan Naik Haji: Tersungkur di Gua Hira", dan "Soeyono Bukan Puntung Rokok", itu pernah menyampaikan bahwa dengan takut pada Sang Pencipta, maka akan tercipta tata kelola perusahaan yang bersih dan mendorong dilaksanakannya Jurnalisme Kenabian, yaitu pemberitaan yang siddiq, tabligh, amanah, and fathonah.
Konsep takut pada Tuhan akan mendorong pencarian berita bagi jurnalis sebagai sebuah ibadah kepada Sang Pencipta. Untuk itu, wartawan tidak akan membuat berita bohong, fitnah, provokasi atau menyiarkan berita dan gambar pornografi yang mengundang syahwat.
Antara harus menjadi kantor berita terpercaya dan terkemuka, serta menjadi trendsetter pemberitaan.
Kang Oe juga mencetak ide besar menjadikan Antara sebagai kantor berita multimedia kelas dunia. Presiden SBY saat HUT ke-79 pada 13 Desember 2006 berkeyakinan bahwa Antara bisa menjadi "World Class Multimedia News Agency".
Kang Oe juga bertekad menjadikan Antara sebagai Raja Portal di Indonesia, melalui portal antaranews.com dan portal-portal Antara di seluruh biro di dalam dan luar negeri.
Redaksi juga diarahkan tidak hanya fokus dalam pencarian berita, tapi juga harus membangun jaringan untuk menghasilkan pendapatan perusahaan.
Selepas purnabakti di Antara, Kang Oe menjadi pimpinan di salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dan terakhir menjadi Pemimpin Redaksi BUMN Track.
Ide-ide besar Kang Oe di Antara, sebagian telah berjalan dan sebagian lainnya masih terus dikejar. Paling tidak ide besar itu bisa mengarahkan mau ke mana Antara.
Selamat jalan Kang Oe.