Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Kamis sore, tetapi tidak dapat mengembalikan penurunan lebih dari sembilan persen selama tiga hari sebelumnya karena kekhawatiran permintaan pada konsumen utama mengesampingkan sinyal bahwa AS dapat menghentikan kenaikan suku bunganya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 28 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 68,88 dolar AS per barel. WTI turun hampir 11 persen dari Jumat (28/4/2023) hingga penutupan Rabu (3/5/2023) dan sebelumnya pada Kamis (27/4/2023) jatuh ke level 63,64 dolar AS, terendah sejak 2 Desember 2021.
"Minyak mulai mendapat dukungan karena semua berita pasokan dan permintaan yang buruk telah diantisipasi," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.
Harga telah jatuh minggu ini di tengah kekhawatiran tentang ekonomi AS, tanda-tanda pertumbuhan manufaktur yang lemah di China, importir minyak terbesar dunia, dan setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2007 pada Rabu (3/5/2023), berpotensi membatasi pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat.
Namun, dengan beberapa pertumbuhan positif di sektor jasa-jasa AS dan ekspektasi bahwa penurunan produksi oleh produsen utama yang dimulai bulan ini akan membatasi pasokan, investor dan analis membeli kembali ke pasar.
Sementara The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase seperti yang diperkirakan dan mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut untuk memberikan waktu kepada para pejabat untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini dan menunggu kejelasan atas perselisihan tentang menaikkan plafon utang AS.
Runtuhnya bank AS ketiga sejak Maret, didorong oleh ketidakmampuan mereka untuk mengelola kenaikan suku bunga, juga membebani pasar keuangan secara keseluruhan.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memulai pengurangan produksi sukarela sekitar 1,16 juta barel per hari pada awal bulan ini dan hal itu diharapkan akan mendukung pasar ke depan ke dalam periode permintaan puncak musim panas.
"Sepertinya OPEC+ akan mendapat tekanan untuk akhirnya menunjukkan bahwa mereka dapat memenuhi kuota pengurangan produksi tersebut dan mungkin berada dalam posisi untuk memberi sinyal lebih banyak pemotongan akan datang," kata Moya.
Investor juga menunggu perkembangan dari Bank Sentral Eropa, yang akan menaikkan suku bunga untuk pertemuan ketujuh berturut-turut pada Kamis.
Kekhawatiran permintaan China terus membebani pasar, terutama setelah survei sektor swasta menunjukkan pada Kamis bahwa aktivitas pabrik secara tak terduga turun pada April karena melemahnya permintaan domestik.