Manila, Antarajambi.com
- Para menteri luar negeri dari anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN) akan mengunjungi Washington pada awal Mei dengan
membawa beberapa agenda, salah satunya adalah mengklarifikasi tren
proteksionisme pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Ini
adalah kesempatan bagi para menteri luar negeri ASEAN untuk mendengar
langsung keterangan menteri luar negeri Amerika Serikat secara
bersama-sama," kata Jose Tavares, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN,
Kementerian Luar Negeri Indonesia, kepada sejumlah wartawan di Manila,
Rabu.
Jose menyampaikan hal tersebut setelah menghadiri pertemuan para
pejabat senior ASEAN, yang kemudian akan diteruskan pada tingkat kepala
negara, di Manila.
Washington memang tengah melakukan perubahan besar terkait
kebijakan ekonomi mereka di tingkat global. Pada era sebelum Presiden
Donald Trump, Gedung Putih selalu menjadi aktor utama penyeru
liberalisme ekonomi global dengan mengisiasi Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO) ataupun pakta-pakta perdagangan bebas di kawasan seperti
Amerika Utara (AFTA) dan Asia Pasifik (TPP).
Namun, sejak Trump
mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden tahun lalu,
kecenderungan itu berbalik arah. Washington kini menarik diri dari TPP
dan akan meninjau ulang AFTA. Selain itu Trump juga berjanji akan
menarik kembali perusahaan-perusahaan yang mengalih-keluarkan (offshoring) pabrik ke dunia ketiga untuk beroperasi kembali di Amerika Serikat.
Dan yang terbaru adalah keluarnya keputusan presiden ("executive order") untuk menyelidiki potensi kecurangan praktik perdagangan 16 negara--empat di antaranya adalah negara ASEAN.
"Meskipun bukan satu-satunya topik, tentu saja isu ini akan menjadi salah satu bahasan," kata Jose.
Jose menjelaskan bahwa Amerika Serikat adalah aktor yang tidak bisa
begitu saja diabaikan karena merupakan negara kuat dengan pengaruh
besar. Begitu pula dengan ASEAN yang berkontribusi terhadap 10 persen
perekonomian dunia.
Tetapi pendapat berbeda disampaikan oleh Kepala Dewan Penasihat
Bisnis ASEAN, Joey Concepcion, pada hari yang sama secara terpisah.
Menurut Joey, kecenderungan Trump menerapkan kebijakan
proteksionisme bertujuan menarik kembali pabrik-pabrik Amerika Serikat
untuk beroperasi di dalam negeri sehingga menciptakan lapangan pekerjaan
baru.
"Namun apakah harapan itu realistis? Saya kira tidak," kata Concepcion.
Concepcion menjelaskan bahwa struktur ekonomi di Amerika Serikat
sudah tidak bisa lagi bersaing dengan negara-negara ASEAN karena standar
gaji di negara itu sudah sangat tinggi.
Biaya pekerja yang tinggi tersebut akan membuat produk mereka berharga tinggi sehingga tidak akan dipilih oleh konsumen.
"Pada era globalisasi ini, konsumenlah yang menentukan segalanya.
Kebijakan Trump saat ini tidak bersahabat dengan konsumen," kata
Concepcion.
Menlu se-ASEAN akan datangi AS minta klarifikasi kebijakan Trump
Sabtu, 29 April 2017 8:07 WIB
......Meskipun bukan satu-satunya topik, tentu saja isu ini akan menjadi salah satu bahasan......