Kabupaten Batang Hari (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, berhasil meraih peringkat pertama dalam lomba inovasi ketahanan pangan se-Provinsi Jambi yang di gagas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kanwil Ditjenpas) Jambi.
“Semoga penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi lembaga lainnya untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan pangan di daerah,” kata Kepala Lapas Kelas IIB Muara Bulian, Imam Santoso di Batang Hari, Jumat.
Menurut Imam, penghargaan tersebut menjadi bukti nyata keberhasilan pihaknya dalam mengembangkan program ketahanan pangan yang efektif dan berkelanjutan, dalam upaya mendukung ketahanan pangan.
Capaian itu merupakan hasil kerja keras seluruh petugas dan warga binaan, serta dukungan dan kolaborasi dengan instansi terkait seperti dinas pangan, pertanian, dan perikanan serta dinas perkebunan dan Peternakan Kabupaten Batang Hari, termasuk Kanwil Ditjenpas Jambi.
Lanjut dia, berbagai program telah dijalankan oleh warga binaan dan petugas Lapas, seperti pengembangbiakan ayam kampung, budidaya lele, penanaman padi dan mengelola tanaman sayuran hidroponik. Semua program tersebut terintegrasi di satu hamparan lahan pemasyarakatan.
Program tersebut bertujuan untuk mendorong kemandirian pangan sekaligus program asimilasi bagi warga binaan yang akan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
"Kami ingin menunjukkan bahwa di dalam lapas juga tumbuh semangat kemandirian dan kreativitas. Warga binaan diharapkan memiliki keterampilan sebagai bekal setelah bebas nanti," harapnya.
Kepala Kanwil Ditjenpas Jambi, Hidayat menambahkan bahwa lomba penilaian inovasi ketahanan pangan Lapas bertujuan untuk memacu semangat unit pelaksana teknis Lapas dalam memberdayakan lingkungan Lapas dan warga binaan.
Proyek perubahan kerabat pangan Lapas di proyeksi menjadi sentra ketahanan pangan di lingkungan pemasyarakatan yang memiliki konsep kolaborasi inovasi (pentahelix), melibatkan sejumlah pihak membantu menyukseskan program tersebut.
"Penilaian dilakukan secara independen, melibatkan pihak luar dari akademisi dan pihak balai pelatihan pertanian Jambi," sebut Hidayat.
