Jakarta (ANTARA Jambi) - Menakertrans Muhaimin Iskandar mengaku risau karena pengangguran intelektual makin bertambah, yakni kesempatan kerja tidak mampu menyerap para lulusan baik tingkat diploma ataupun sarjana.
"Paradigma dan kurikulum pendidikan tinggi mesti dirombak total. Mereka harus memiliki perencanaan untuk mengarahkan produktivitas sumber daya manusia sehingga lulusannya siap bekerja dan menjadi tenaga kerja andal," katanya dalam Acara Wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) - InterStudi di Jakarta, Sabtu.
Berdasarkan Data BPS Agustus 2012, dari jumlah penduduk Indonesia yang bekerja sebanyak 110,8 juta orang, didominasi lulusan pendidikan SD sebanyak 53.88 juta orang (48,63 persen) dan lulusan SMP sebanyak 20,22 juta orang (18.25 persen).
Sedangkan lulusan unversitas yang sudah bekerja hanya sebanyak 6,98 juta orang (6,30 persen) dan lulusan pendidikan Diploma hanya 2,97 juta orang (2, 68 persen).
Muhaimin mengatakan, selama ini paradigma dan kurikulum pendidikan tingkat tinggi hanya mengejar jumlah kelulusan yang banyak, namun mengabaikan kualitas para alumninya yang tidak siap bersaing dalam mencari pekerjaan.
"'Link and match' antara dunia pendidikan dan dunia kerja belum berjalan optimal. Lembaga-lembaga pendidikan seolah menerapkan target cepat lulus dan mendapat gelar sarjana, tanpa membekali alumninya dengan keterampilan kerja," kata Muhaimin.
Bila fenomena seperti ini terus berlangsung, kata Muhaimin mengatakan, Indonesia bakal dipenuhi oleh para penggangguran intelektual yang penyerapan kerjanya rendah karena lapangan kerja yang tersedia tak mampu menampung lulusan perguruan tinggi yang minim keahlian dan keterampilan kerja.(Ant)